Beauty is pain. Begitu suara hati saya yang menguatkan diri sendiri supaya mau untuk waxing. Perlahan saya mencoba menutup mata dan bersiap-siap untuk teriak (jika diperlukan) tapi ternyata…
“Eh, udah selesai?”
Begitu yang saya rasakan ketika merapikan alis saat #Waxtimeparty di WaxTime, Rumah Cisanggiri, Jakarta Selatan. Termpat waxing yang nyaman dengan coffee shop yang instagramable di lantai bawahnya. Ternyata wax itu ada macam-macam, ada jenis soft wax dan hard wax. Yang saya coba ternyata termasuk jenis hard wax, tidak memerlukan jeritan fals dari pita suara. Painless formula. Kalau yang dikenal dengan rasa sakitnya itu ternyata beda lagi, yang terbuat dari cairan gula atau disebut soft wax. Setelah merasakan wax alis itu ternyata gak selama nunggu wasap centang biru, maka saya…
lanjut ke brazilian waxing! (Loh kok malah jadi doyan)
Saya memang bukan mahluk yang banyak bulunya. Ya ini salah satu yang saya syukuri karena memang risih dengan adanya bulu di badan. Saya kira ini cukup untuk menjadi alasan gak perlu waxing. Sampai akhirnya sadar kalau bagian yang tidak terlihat juga perlu mendapat perhatian. Kemudian lebih rajin mencukur unwanted-hair di bagian sensitif. Siapa sih yang gak mau bagian terpentingnya bersih tanpa bulu? Mumpung alis sudah rapih, maka saya pun mau yang bagian itu bersih juga. Ternyata sensasi dibersihkan di area ini berbeda dengan alis. Lumayan lah agak narik napas dikit. Bukan karena sakit banget sih, tapi lebih ke arah KAGET. Ya namanya juga bagian sensitif, teman-teman..
Untuk wanita yang aktif dan suka olahraga memang disarankan untuk waxing. Apalagi jika mau berlari jarak jauh, para lelaki pun biasanya mulai mencukur bulu-bulu di kaki. Berlari itu perlu kenyamanan dan terkadang rambut pada tubuh ini salah satu yang mengganggu. Untuk wanita lebih banyak lagi alasannya untuk menghapus bulu pada tubuh. Apalagi jika memang hobi berenang dan memakai swimsuit yang cantik, membersihkan kulit dari bulu-bulu yang tidak diinginkan sudah menjadi hal yang wajib. Tapi bukan cuma soal “demi cantik”, berikut alasan lainnya kenapa wanita aktif dan penggiat olahraga sebaiknya memilih waxing:
MENGHEMAT WAKTU
Jarak saat diangkatnya rambut pada tubuh hingga kembali tumbuh lebih lama dibanding jika kita mencukur. Karena kalau mencukur biasa rambut yang terangkat tidak sampai akarnya, berbeda dengan wax. Tidak perlu lama-lama di kamar mandi untuk ritual mencukur. Lebih baik waktunya buat luluran, kan? Ini menekankan untuk yang suka olahraga outdoor. Biasanya menebus rasa bersalah karena panas-panasan dengan merawat kulit. Apalagi jadwal latihan kan biasanya sudah menyita waktu harian, jadi pilihan waxing cocok buat yang aktif berolahraga. Gak banyak buang waktu. Oiya, saya brazilian waxing di WaxTime gak sampai 30 menit sudah selesai. Ditambah wax alis ya pas lah setengah jam. Dan jangka waktu untuk rambut-rambut ini kembali tumbuh lumayan lama. Tiap orang mungkin beda-beda. Saya sih 2 minggu. Ini untuk tumbuh barunya ya, bukan sampai lebat.
LEBIH BERSIH
Bukan hanya tentang kulit mulus, tapi juga kebersihan. Cantik tapi kalau gak bersih agak gimana gitu ya. Apalagi saat keringetan dan bulu-bulu kita ikut basah, pasti terasa gatal kan ya. Ini juga yang membuat banyak pelari yang mencukur bulu di tubuhnya menjelang race. Makanya saya memilih untuk tidak memelihara unwanted-hair. Terkait kebersihan, waxing tetap menjadi pilihan. Saat bulu kita diangkat, kulit mati pun ikut terangkat. Waxing juga memiliki efek exfoliating. Oleh karena itu pasca wax biasanya kulit terasa lebih halus, kan?
ENJOY WORKOUT WITHOUT WORRY
Saat perform butuh fokus dan konsentrasi. Kita tidak mungkin fokus jika terjadi ketidaknyamanan. Malas juga kalau lagi lari terasa gatal di area tertentu karena campuran keringat dan bakteri di bagian bulu yang basah. Ganggu banget, kan! Untuk olahraga seperti bersepeda biasanya memakai pakaian berbahan spandex yang ketat. Rambut di tubuh dengan pakaian yang ketat bukan paduan yang pas. Makanya banyak cyclist banyak yang mencukur bulunya sebelum race. Demikian juga pelari dan perenang. Lagi berenang tapi gak pede karena hadirnya unwanted-hair yang gak cihuy kalau dilihat orang lain. Jadi dengan melakukan waxing minimal mengurangi bibit-bibit ketidaknyamanan. Nyaman kan membuat kita lebih percaya diri. Ini berlaku juga untuk hal lainnya di luar kegiatan berolahraga, seperti persentasi atau saat mengajar. Setuju?
Olahraga lebih teratur, mengatur makanan, dan berhenti merokok sudah dijalani sekitar 5 tahun ini. Meski awalnya ingin kurus tapi lama-kelamaan tujuannya lumayan udah geser. Jujur nih, saya ingin merasakan hidup yang lebih baik. Sudah lelah juga dengan badan yang ringkih harus bolak balik ke rumah sakit karena menjalani pola hidup yang masih asal-asalan. Orang yang melihat saya sekarang mungkin gak nyangka kalau dulunya saya mengalami typus sampai 3 kali dalam setahun karena daya tahan tubuh yang buruk. Gimana mau sehat kalau pola hidupnya aja aca-acakan. Makan asal-asalan, jam tidur berantakan, dan pikiran kayanya lebih sering tegang.
Sehat.. sehat.. sehat.. pokonya saya mau sehat!
Sehat itu buat saya adalah investasi, jadi saya gak mau menunggu tua untuk mengubah pola hidup agak beneran. Bisa produktif sampai usia senja adalah cita-cita ibu-ibu anak dua yang sehari-harinya masih pecicilan ini. Banyak hal yang bisa didapat jika tubuh kita sehat. Dengan sehat saya bisa menjalani pekerjaan lebih baik, mengasuh anak, hingga jalan-jalan. Apalagi menjadi ibu gak gampang. Kita mesti sehat supaya bisa lebih fokus mengurus anak-anak, rumah, dan kerjaan. Bahkan nemenin anak belajar aja butuh pikiran dan tubuh yang sehat. Kalau lagi gak fit boro-boro fokus ngajarin anak.
APAKAH SAYA CUKUP PRODUKTIF?
Usia saya termasuk usia yang masif produktif. Apalagi anak-anak masih kecil dan kerjaan lagi lumayan (alhamdulillah) banyak. Ada rasa bangga jika bisa menjalani sesuatu sesuai dengan target. Yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah saya produktif?
Kita bisa menganggap diri kita produktif apabila sudah mampu menghasilkan sesuatu (barang atau jasa) sesuai yang diharapkan, yaitu waktu yang singkat dan tepat. Tapi ada masa-masanya kita sulit mengerjakan sesuatu sesuai target, misalnya saat tubuh lelah. Apalagi jika di periode menstruasi mood dan badan kayanya drop banget. Jangan-jangan saya ini anemia..
PENGARUH ANEMIA TERHADAP PRODUKTIVITAS
Rabu kemarin di The Darmawangsa Hotel saya menghadiri acara diskusi Indonesia Bebas Anemia: Sebagai Solusi Total untuk Indonesia yang Lebih produktif dan Bebas Anemia. Cara ini merupakan kampanye lanjutan yang diselenggarakan Merck, Perusahaan sains dan teknologi terkemuka, dan bekerjasama dengan PDGMI, organisasi profesi di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Kesadaran saya terhadap anemia dan dampaknya menjadi lebih terbuka. Sehat memang modal awal untuk produktif tetapi perhatian saya belum sampai ke hal yang lebih detail hingga ke anemia. Ternyata produktivitas kerja seringkali menurun bagi para wanita yang menderita anemia. Berdasarkan riset yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait survei Angkatan Kerja Nasional di bulan Agustus tahun 2015 yang diolah Pusdatinaker, jumlah pekerja wanita Indonesia sebesar 37,16% dari jumlah populasi masyarakat Indonesia, yang berjumlah 114.819.199.
“Anemia dapat memberikan dampak terhadap penurunan produktivitas kerja wanita Indonesia sebanyak 20% atau sekitar 6,5 jam per minggu.” – Prof. dr. Endang L. Achadi, Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia.
Produktivitas wanita Indonesia yang seringkali menurun disebabkan oleh defisiensi zat besi sehingga merasa mudah lelah, konsentrasi menurun karena kekurangan oksigen pada jaringan tubuh termasuk otak, sehingga mengurangi kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
APAKAH SAYA ANEMIA?
Menurut dokter Endang, kita memang dapat mengenali anemia dari gejala-gejala yang dirasakan atau dilihat seperti mudah lelah, mudah mengantuk, wajah yang lebih pucat, dan kurang dapat berkonsentrasi. Akan tetapi untuk mengetahui Anemia yang lebih jelas memang hanya dapat melalui cek darah. Anemia bisa disebabkan oleh:
1. Rendahnya asupan gizi yang penting untuk pembuatan Hemoglobin (HB) yaitu zat besi, asam folat, vitamin B12, dan protein.
2. Meningkatnya pengeluaran, yang disebabkan karena pendarahan, seperti infeksi kecacingan, pecahnya sel darah merah karena malaria atau thalassemia, atau pendarahan oleh sebab lainnya seperti luka.
Sebagian besar anemia itu terjadi karena defisiensi zat besi. Jadi penting bagi kita untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan sumber zat besi. Permasalahannya adalah bahan makanan sebagian besar penduduk Indonesia berasal dari pangan nabati, sedangkan zat besi dari nabati lebih sulit diserap oleh tubuh. Ya mungkin ini juga terjadi oleh saya yang memang tidak terlalu suka makan daging. Bahkan saya sudah berhenti mengonsumsi daging merah. Mungkin saya satu di antara penduduk Indonesia yang mengalami anemia karena kurangnya asupan zat besi.
SOLUSI SEHAT UNTUK BEBAS ANEMIA
Kembali lagi ke tujuan saya berolahraga adalah ingin sehat. Walaupun terkadang suka terbawa ambisi ingin mencapai target-target tertentu. Di usia produktif ini tentunya saya ingin melakukan banyak hal dan tidak mau ada hal yang menghalangi produktivitas, termasuk anemia. Menjalani pola hidup yang lebih sehat kayanya sudah jalan yang paling benar untuk penangan Anemia Defisiensi Fe.
Memperbaiki Pola Makan
Kalau sebelumnya asal-asalan dalam mengonsumsi makanan, sekarang lebih memperhatikan kandungan gizi pada makanan. Makanan yang mengandung zat besi seperti makanan yang mengandung sumber protein tinggi, seperti daging merah, kuning telur, dan ikan. Tidak lupa dengan sayuran hijau dan kacang-kacangan.
Perlu diingat jika mau mengonsumsi kopi dan teh tidak dilakukan bersamaan dengan mengonsumsi makanan-makanan tersebut karena akan sia-sia. Tunggu minimal selama dua jam lebih untuk memberikan kesempatan tubuh untuk menyerap sari-sari makanan tersebut.
Mengonsumsi Suplemen Zat Besi
Kalau kita merasakan gejala-gejala anemia (kalau lupa bisa skrol lagi ke atas ya!) mungkin selama ini jumlah kandungan zat besi yang dikonsumsi masih kurang. Apalagi jika selama ini melakukan olahraga high-impact, seperti berlari. Kalau kata dr. Michael Trianto, SpKO, Spesialis Kedokteran Olahraga “Resiko Anemia Fe bisa terjadi pada kita yang melakukan olahrga berat. Saat banyaknya keringat yang keluar maka tubuh kita kehilangan banyak cairan elektrolit dan sel darah merah. Belum lagi akibat benturan yang terjadi memungkinkan meningkatkan proses hemolisis darah.”. Mungkin kita tidak akan menyadari mengalami anemia karena untuk yang rajin berolahraga gejala-gejala anemia seringkali tidak terlihat dibanding orang-orang yang tidak berolahraga.
Untuk wanita seringkali terasa lebih lesu dan susah konsentrasi saat sedang mengalami menstruasi. Hal ini membuat kita menjadi lebih malas dalam melakukan aktivitas. Suplemen penambah darah seperti Sangobion bisa kita konsumsi untuk melengkapi kebutuhan zat besi sehari-hari.
Kalau ternyata tubuh kita sudah cukup dengan kandungan zat besi gimana?
Gak bakal berpengaruh apa-apa kok! Itu kata dokter Endah loh, bukan kata Fitri Tasfiah. Kita tidak akan mengelami kelebihan zat besi hanya dengan makanan atau suplemen yang dikonsumsi. Jadi kalau tubuh kita sudah cukup dengan zat besi maka tubuh kita tidak akan menyerapnya. Sebaliknya, jika memang zat besi dalam tubuh kita masih butuh tambahan maka kandungan zat besi yang kita konsumsi akan mencukupi kebutuhan tubuh.
Program Olahraga untuk Bebas Anemia
Olahraga dalam intensitas sedang sangat direkomendasikan. Tidak berlebih dan juga tidak kurang. Ada dua jenis latihan, yaitu aerobik dan anaerobik. Aerobik ditujukan untuk kesehatan tuhuh, menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol darah, dan menurunkan kadar gula darah. Latihan anaerobic lebih ditujukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh, tidak mudah lelah, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Saat melakukan latihan kita harus memperhatikan beberapa prioritas. Pilih latihan yang mudah dilakukan dan hindari kelelahan yang berlebihan. Mendahulukan latihan otot besar, baru melakukan latihan pada otot kecil. Latihan dilakukan secara bertahap, jangan lupa unuk melakukan pemanasan dan pendinginan.
Pada saat ini Merck meluncurkan Senam Anemiaction sebagai salah satu langkah tindakan pencegahan gejala anemia. Senam Anemiaction adalah bentuk olahraga yang terdiri dari beberapa gerakan sederhana yang berfokus pada beberapa bagian tubuh, yaitu: aktivitas peregangan bawah, tengah, dan atas. Kata dr. Michael “Gabungan gerakan pada senam Anemiaction berfokus untuk meningkatkan mitokondria yang merupakan generator daris el pada tubuh manusia, sehingga siapapun yang melakukan senam tersebut mengurangi gejala-gejala anemia dan dapat menjadi lebih segar serta produktif saat beraktifitas.
Senam ini merupakan gerakan latihan otot pada tubuh bagian bawah, tengah, dan atas untuk meningkatkan kebugaran. Latihan ini kombinasi latihan aerobic dan anaerobic yang dilakukan dengan intensitas yang tepat. Pada senam ini juga terdapat gerakan pendinginan yang ditujukan untuk menghindari rasa pegal dan kaku sehingga kita bisa tetap beraktivitas seperti biasa.
Akan lebih menyenangkan jika kita mengisi hari dengan banyak hal yang kita suka. Kalau saya sih maunya bisa produktif sampai tua nanti (kalau dikasih umur panjang). Pola hidup sehat itu investasi, Gaes!