Matras merupakan satu hal penting dalam memulai yoga. Masalah memilih matras seperti memilih kendaraan, ada harga ada juga kualitas. Tetapi selagi masih bisa dipakai semua masih dianggap layak. Yang terpenting kan sampai pada tujuan. Misalnya kita hendak memilih city car sebagai kendaraan seharai-hari ke kantor. Pilihannya ada di Suzuki karimun, Toyota Avanza, dan Honda Jazz. Secara fungsi sama dan bisa mengantarkan pada tujuan, tetapi pasti ada perbedaan dalam kenyamanan dan prestige.
Kalau kamu menanyakan yang mana yang cocok? Semua akan langsung menyebut pilihan terakhir. Karena memang di antara ketiganya dianggap itu yang paling nyaman. Orang tidak peduli dengan saldo di rekening kamu karena mereka hanya merekomendasikan yang dianggap paling bagus. Akan tetapi jika dana yang kamu anggarkan tidak mencukupi apakah tidak jadi membeli?
Pilih sesuai dengan budget, bukan gengsi
Jangan sampai masalah matras jadi membuat kamu gagal memulai yoga. Pilih yang tidak memberatkan. Jika memang kamu tidak ada masalah dengan harga, boleh langsung memilih Lululemon atau Manduka. Harga di antara 1-2 juta. Dikenal awet dan banyak direkomendasikan. Akan tetapi kalau masih mencoba-coba dan ragu untuk membeli yang mahal, beli yang harganya di bawah 500 ribu. Ada pilihan Reebok atau matras yang di ace hardware (saya lupa nama brand-nya). Masalahnya mungkin lebih licin. Kalau saya biasanya menggunakan handuk kecil sebagai alas tangan untuk pose-pose inversion.
Saya memulai yoga dengan matras seadanya dan licin yang tersedia di studio. Kendalanya jadi harus lebih hati-hati dan sedikit usaha untuk melawan rasa licin. Hikmahnya adalah saya jadi tidak tergantung dengan matras. Bisa melakukan yoga di manapun tanpa rewel dengan “Ini licin banget deh matrasnya!”. Selain itu juga tubuh jadi tidak manja. Tingkat konsentrasi bertambah dan mencari solusi untuk kendala dalam melakukan pose yoga.
Kemudian saya membeli matras Reebok. Masih terasa licin tetapi lebih baik dari matras sebelumnya yang saya pakai. Bagi saya terasa perbedaannya karena memulai dari standar di bawah ini. Sampai awal mengajar pun saya masih menggunakan matras ini.
Sampai akhirnya bertemu brand baru: CUCA. Awalnya karena teman saya Didut menanyakan soal matras ini untuk istrinya. Saya coba baca-baca review-nya dan lumayan bagus. Harganya masih di bawah Lululemon dan Manduka. Saya pun akhirnya ikut mencoba matras ini dan lumayan puas. Jadi kalau sekarang ada yang minta rekomendasi matras yoga, saya sarankan ini. Entah kenapa masih segan kalau langsung merekomendasikan yang mahal. Kecuali atas kemauannya sendiri.
Meski begitu saya sudah mencoba Lululemon dan Manduka hasil icip-icip punya teman. Dipakainya nyaman, awet, tetapi untuk manduka saya merasa agak sedikit berat untuk mobile. Sebenarnya ada banyak brand lain yang bisa kamu coba, di luar brand yang sudah saya sebutkan.
Sesuai kebutuhan
Yang penting disesuaikan dengan kebutuhan. Kalau yang memiliki cedera lutut mungkin pilih yang berbahan tebal dan empuk. Untuk yang tidak ada masalah fisik tertentu dan suka yang ringkas, pilih yang ringan dan tidak terlalu tebal. Selain itu ada perbedahan bahan dan tingkat ketebalan dalam matras. Standar matras yoga 3-5 mm, dengan pilihan bahan dasar Thermoplastic Elastomer (TPE), Rubber, dan Polyvinyl). Untuk travelling pilih yang ketebalannya 1 mm agar ringkas dan ringan. Tetapi tidak disarankan untuk pemakaian regular, tertutama untuk pemula. Untuk bikram pilih berbahan dasar polivynil (PVC), bukan karet dengan mempertimbangkan suhu ruangan yang panas akan mempengaruhi matras yoga.
Buat kamu yang galau dalam memilih matras yoga, simak ulasan saya tentang matras yoga yang direkomendasikan. Ada harga ada kualitas, akan tetapi niat dan konsisten latihan tetap yang terpenting. Namaste!