Air Mancur Sri Baduga Menambah Pesona Purwakarta

IMG-20170219-WA0001
Foto dari Wira Nurmansyah

Malam yang terang dengan lampu-lampu yang bergantungan di bawah langit Purwakarta. Ditambah lagi gerobak-gerobak yang menyuguhkan aneka jajanan di pinggir jalan. Orang-orang berlalu lalang sambil menikmati makanan kecil yang dibelinya dan sibuk melakukan swafoto.

Keramaian kota ini sudah lama tidak terasa semenjak lahirnya Tol Cipularang. Biasanya kota ini dijadikan tempat singgah untuk beristirahat tetapi sudah tergantikan dengan rest area yang berdiri di sisi tol. Pada Sabtu malam di tanggal 20 Februari kemarin kota ini tidak seperti biasanya. Begitu padat, cantik, dan hidup. Malam ini menjadi salah satu sejarah untuk Purwakarta karena air mancur yang digadang-gadang terbesar se-Asia Tenggara resmi diluncurkan.

Saat mendapat undangan untuk menghadiri peresmian Air Mancur Sri Baduga senangnya luar biasa. Apalagi ternyata banyak tempat baru di Kabupaten Purwakarta yang menarik untuk dikunjungi. Air mancur yang terletak di tengah kota ini dibuat di sebuah danau yang dinamakan Situ Buleud yang sudah lama ada. Saya dan beberapa teman blogger lain yang diundang oleh Kementrian Pariwisata datang bersama-sama dengan antusias yang sangat tinggi. Antusias untuk pamer salah satunya. Uhuk!

IMG-20170310-WA0011
Menteri Pariwisata Arif Yahya dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat meresmikan pembukaan Air Mancur Sri Baduga

Rasa antusias ini bukan hanya milik kami, tetapi juga semua warga baik berasal dari Kabupaten Purwakarta maupun dari luar daerah. Karena sangat banyak peminatnya, untuk masuk ke area air mancur sangat sulit. Terdapat dua pintu untuk masuk. Pintu 1 untuk para warga dan pintu 2 untuk undangan dan media. Karena pintu 1 sudah sulit untuk dimasuki maka para warga yang tidak mau melewatkan pertunjukan air mancur akhirnya mengantri di pintu 2.

DI SAAT SUDAH DI DEPAN PINTU TAPI TIDAK BISA MASUK

Saya sendiri tidak bisa menghitung berapa banyak warga yang hadir, yang jelas posisi saya dan teman-teman sudah tidak bisa bergerak. Saya melihat banyak teman-teman wartawan yang mencoba masuk tapi menjadi beku karena pintu 2 yang sudah ditutup. Yang kami lakukan hanya ‘menyelamatkan kamera’. Saya yang beli kamera aja harus mencicil berusaha menyelamatkan kamera mirrorless dengan mengangkatnya ke atas. Takut rusaaaaak!

20170218_194534-01
Warga yang berdatangan mendekati Situ Buleud untuk menyaksikan Air Mancur Sri Baduga

Di saat tubuh yang terhimpit ribuan manusia dan tangan ke atas dengan memegang kamera, saya melihat wartawan dari media besar juga bersusah payah untuk mengangkat kameranya yang jauh lebih mahal. Duh, jadi malu sendiri.

Apalah saya ini!

Apalah kamera saya ini!

Posisi saya sudah dua baris dari pintu gerbang, tetapi tidak bisa masuk karena pintu gerbang tertutup rapat. Beruntung di depan saya adalah Ivan Loviano, badannya yang lebih besar membuat saya terasa aman. Pokoknya saya mepet ke dia aja biar gak kesikut-sikut orang. Saya, Ivan, Adis, Wira, Mamah Wiwiek, dan staf Kemenpar membentuk satu barusan supaya tidak terpencar. Kalau masalah sepatu keinjak orang sih udah lemesin aja shay…

IMG-20170310-WA0010
Sementara itu para pengunjung sedang dihibur oleh tarian kolosal Siliwangi Gugat yang memesona

Saya juga maklum kami sebagai undangan tidak bisa masuk karena antrian warga yang mencoba masuk di pintu ini juga sudah sangat panjang dan padat. Takutnya banyak warga yang dorong-mendorong dan terjadi hal yang tidak diinginkan. Saya tanya ke ibu-ibu di sebelah saya mengapa terus bertahan di antrian untuk bisa masuk, jawabnya:

“Namanya juga penasaran. Mau liat air mancurnya.”

Ya… saya juga sih. Yasudah kita sama-sama antri aja deh yuk bu!

Saat berada dalam jebakan kepadatan, tiba-tiba suara air mancur terdengar. Yah… terlewat!

Sedih banget gak bisa melihat air mancurnya padahal tujuan utamanya adalah melihatnya secara langsung. Kecewa tapi mencoba ‘sok-sokan’ pasrah. Sampai akhirnya mendapat kabar…

Ada sesi selanjutnya!

AKHIRNYA LIHAT AIR MANCUR SRI BADUGA!

Terharuuuu…

Setelah panas, pengap, air mata, dan keringat akhirnya bisa melihat air mancur kebanggaan Jawa Barat khususnya Kabupaten Purwakarta. Bukan hanya warga sana yang bangga, saya yang juga dari Bekasi juga bangga. Ini menjadi salah satu kebanggan Indonesia.

Air mancur rancangan Hery Sugihardi yang merupakan putra asli Purwakarta ini memang sangat cantik dan elegan. Semburan air yang menari, musik, dan cahaya warna-warni menjadi satu harmoni. Air-air menari setinggi 2 meter dalam gradasi merah, biru, kuning, hijau, dan ungu membuat seluruh pengunjung bersorai. GAK SIA-SIA KEMARI!

Penasaran juga?

Mampir aja ke Purwakarta. Lewat tol dari Jakarta hanya 2 jam kalau lancar. Kalau mau melihat-lihat taman air mancurnya bisa datang hari apa saja. Tetapi jika ingin melihat atraksi air mancur sesuai yang saya visualisasikan datangnya hari sabtu ya! Dibuka dari jam 19.30-20-30 WIB. Gratis kok!

Inilah Wajah Baru Purwakarta yang Wajib Kamu Kunjungi!

“Memang Purwakarta bagus ya, Fit?”

Pertanyaan banyak teman setelah melihat banyak postingan #PesonaPurwakarta di media sosial. Saya juga dulu masih berpikiran yang “Emang di sana ada apa ya? Tempat wisata yang cukup dikenal adalah Waduk Jati Luhur. Naik perahu untuk merasakan menyantap ayam goreng dan sambal dadakan di tengah rumah makan yang mengapung di atas air. Lalu selain itu?

Saat keluar dari pintu tol Sadang, saya melihat daerah yang dahulu masih dalam bagian Karawang ini tidak banyak yang terasa berubah. Cara menikmati perjalanan masih dengan skrol-skrol Twitter dan Instagram. Sesekali membahagiakan lidah dan perut dengan snack yang dibeli di Rest Area KM 19. Sampai kemudian saya melihat banyak patung-patung yang berjejer di pinggir jalan.

Purwakarta sekarang dikenal dengan kota seribu patung. Kota yang dulu saya anggap biasa sekarang lebih artistik. Ditambah lampu-lampu jalan dengan nuansa heritage. Belum lagi lampion-lampion yang terurai di atas menambah kecantikan kota ini.

Kota yang nyaman adalah kota yang ramah untuk para pejalan kaki. Sore adalah waktu terbaik untuk berjalan kaki menikmati taman. Dari mulai Taman Maya Datar yang terdapat banyak gazebo dan bangku taman untuk duduk-duduk santai. Taman ini saya akui salah satu taman yang cantik dengan hiasan air mancur dan jembatan kecilnya.

Taman Maya Datar adalah alun-alun kota yang juga dibuka untuk masyarakat luas untuk berekreasi

Dengan berjalan kaki kita bisa sampai ke Kawasan Taman Situ Buleud. Kalau sore banyak warga yang berlari mengelilingi area luar taman ini. Tidak hanya lari, ada juga yang bersepeda hingga bermain skateboard.

Sore hari sekitar luar Taman Air Sribaduga dipakai untuk berlari

Perjalanan tiga hari saya kemarin merobohkan anggapan bahwa Purwakarta ini ‘biasa aja’. Salah banget kalau ada yang masih menganggap kota ini terbelakang. Di bawah ini tempat-tempat di Purwakarta yang lumayan kekinian dan kamu harus mampir:

TAMAN AIR MANCUR SRI BADUGA

Sebagian dari kita banyak yang tahu. Saat upacara peresmiannya saja ramai di beberapa media, bahkan tayang live di stasiun TV juga. Antusias masyarakat sangat tinggi untuk menyaksikan air mancur yang disebut terbesar se-Asia Tenggara. Bahkan banyak yang dari luar daerah sengaja ke Kota ini hanya untuk sekadar menebus rasa penasaran. Termasuk saya.

Air Mancur ini berdiri di Kawasan Wisata Situ Buleud. Kalau mau melihat pertunjukkan air mancurnya jangan pas hari kerja ya! Karena hanya dibuka di hari sabtu dan dibuat 3 sesi. Beneran deh, air mancurnya keren banget! Mungkin menjadi ikon baru kota ini. Bukan hanya air mancur yang biasa ada di taman-taman kota atau halaman depan gedung, tetapi ini berupa semburan air yang menari dengan iringan lagu dan cahaya laser warna-warni. Bukan air mancur mini tetapi berada di area seluas kurang lebih 1.8 hektar. Disekelilingnya terdapat bangku yang memuat sekitar lima ribu penonton. Gak heran kalau semua orang berebut untuk bisa menyaksikan pertunjukan ini. Oiya, pertunjukan ini GRATIS!

MUSEUM BALE PANYAWANGAN DIORAMA

Tolong jangan tutup page ini gara-gara saya menyebut museum!

Kalau kamu menganggap museum itu membosankan mungkin harus diingat-ingat lagi kapan terakhir kali mampir? Sekarang banyak museum dengan suguhan teknologi, termasuk Museum Bale Panyawangan Purwakarta. Saat baru masuk sudah disuguhkan buku interaktif yang menceritakan tentang sejarah tatar sunda. Kalau kamu malas membaca jangan kawatir, ada sajian berupa audio juga. Jadi untuk anak-anak atau orang dewasa yang agak malas membaca tetap mendapatkan cerita berupa suara dan didukung oleh gambar tersedia sebagai pendukung cerita.

Kita juga bisa jalan-jalan keliling Purwakarta secara virtual dengan mengayuh sepeda. Dilengkapi dengan layar lebar sebagai visualisasi kota ini. Dengan mengayuh sepeda ontel yang statis ini, pengunjung seakan-akan sedang bersepeda di jalanan Kota Purwakarta.

Naik Sepeda Ontel Keliling Purwakarta
Foto virtual dengan Bapak Bupati bisa langsung print!

Lumayan banyak informasi tentang Purwakarta, misalnya foto-foto Purwakarta tempo dulu. Jika tadi di atas saya menggambarkan Taman Air Mancur Sribaduga, di sini saya justru melihat penampakan taman ini saat masih sebuah danau. Tinggal klak klik layar dan gambar pun muncul. Masa yang gini dibilang kuno?

GALERI WAYANG

Sebauh museum tetapi disajikan dalam bentuk galeri. Tidak ada kaca-kaca yang membatasi pengunjung dan objek. Pengunjung dapat bebas meraba karya seni di dalam Galeri Wayang ini.

Kalau mau masuk ke sini, kamu memasuki kawasan Taman Maya Datar. Jujur aja, saya yang sebagai orang Bekasi lumayan iri di Purwakarta terdapat taman yang bagus banget dan bersih. Yang membuat lumayan terkejut ternyata masih di dalam komplek Pendopo Pemerintah Kabupaten Purwakarta.

Saat memasuki galeri yang memiliki komsep hitam putih, pengunjung dapat melihat aneka wayang di Indonesia. Wayang Golek, Wayang Kulit, Wayang Klitik, Wayang Wong, Wayang Betawi, dan jenis wayang lainnya tersusun cantik dan siap untuk menjadi objek foto pengunjung. Bukan hanya itu, pengunjung dapat melihat dan meraba sendiri relief kayu.

Sentuh langsung objek seninya bukan pelanggaran

 

Pilih sendiri cerita yang kamu inginkan!

Sebagai museum yang eksis di tahun 2017 tentunya sudah dilengkapi sajian layar interaktif. Ada pilihan cerita Ramayana dan Mahabrata. Di layar akan menggambarkan cerita yang kita inginkan. Namanya juga Galeri wayang, jadi penggambarannya berbentuk atraksi wayang. Menarik sih!

RESORT GILI TIRTA KAHURIPAN

Awalnya yang ada dalam bayangan saya adalah hanya sebuah taman dengan aneka buah dan bisa kita makan. Soalnya ada patung berbentuk durian dan manggis. Memang benar sih, tapi sayangnya saat saya ke sana tidak sedang dalam musim durian. Ya saya juga gak makan juga sebenernya. Baru mencium aromanya saja bisa muntah, ehehe..

Ternyata ada kolam renangnya juga. Biasanya kolam renang di kawasan seperti ini biasa banget. Agak kotor dan bentuk yang biasa aja. Ekspetasi saya memang sengaja diset tidak ketinggian. Biar cita-cita aja yang tinggi.

“Eh kok bagus!”

Cinta pada pandangan poertama. Airnya biru muda dengan background langit menjadikan tempat ini sungguh instagramable. Apalagi Berada di kawasan bukit dan kita seakan-akan berada di ujungnya. Tapi saya sarankan jangan ke sini sendirian. GAK ADA YANG MOTOIN!

BUKIT PANENJOAN

Sekilas tempat ini hanya wisata alam biasa. Saat memasuki kawasan ini terlihat sebuah perkebunan teh. Menyenangkan sih dapat menghirup aroma teh di suatu ruang hijau. Tapi sebagai anak (yang mengaku) muda merasa tidak ada yang terlalu istimewa.

Sampai akhirnya saya dan teman-teman berjalan lebih jauh lagi. Lupa menghitung berapa jaraknya karena kami sibuk menikmati pemandangan sambil dipandu oleh bapak lurahnya langsung. (Fyi, Pak Lurahnya masih muda dan ganteng loh!)

Sampai kita menginjak jembatan yang terbuat dari kayu dan bambu. Saya masih bingung menyebutnya apa ya. Karena jalur ini dibuat di atas kawasan kebun teh ini tetapi menapak lebih tinggi karena dibuat jalur yang seakan-akan menjadi jembatan.

Ada spot andalan untuk berfoto. Membuat kita seakan-akan berada di atas ketinggian dengan layar langit. Di bawahnya pemandangan hijau bukit-bukit yang berada di sekitar itu. Cocok deh buat posting di Instagram!

Gak heran kalau tempat ini lumayan lebih dikenal karena postingan di Instagram. Padahal dibuatnya belum lama. Atas inisiatif anak-anak muda di wilayah itu. Mereka menginginkan tempat ini memiliki bantak spot untuk foto. Sekarang sudah lumayan banyak pengunjung. Bahkan dibatasi hanya 40 orang saja. Buat mengurangi resiko kelebihan kapasitas. Jadi kalau kamu ke sini ajak teman-teman atau keluarga dan puas-puasin memperbanyak stok foto. Waktunya dibatasi hanya 20 menit. Semoga dengan postingan ini di sini bisa dibaca dan dikunjungi lebih banyak lagi ya!

Sebenarnya masih banyak lagi tempat-tempat Purwakarta yang wajib kamu kunjungi. Saya juga mengunjungi tempat pembuatan keramik Plered waktu menjelajah kota ini. Tapi highlight kekinian saya persembahkan untuk tempat-tempat di atas. Biar menambah kesan kekinian jangan lupa mampir ke Stasiun Kopi. Memang berada dekat dengan stasiun. Ada bebarapa menu yang dijadikan teman sore kamu.

Makasih banyak buat Kementrian Pariwisata yang mengajak saya untuk melihat Purwakarta sebagai bagian dari #PesonaIndonesia. Buat teman-teman yang jadi penasaran dengan wajah Purwakarta masa kini, silakan mampir!

Mengintip Pembuatan Keramik Tradisional di Plered

DSC00612-01

Sisa-sisa air hujan masih membekas di Plered, sebuah kecamatan di Purwakarta yang terkenal sebagai penghasil keramik dan tembikar. Setelah mampir makan siang di tempat yang memiliki sate maranggi yang enak, saya dan teman-teman yang sedang menjelajah #PesonaPurwakarta mampir untuk mengintip di balik pembuatan keramik. Dari halaman depan sudah banyak hasil kerajinan yang siap di jual. Saat memasuki suatu bangunan yang menyerupai rumah, kami langsung memasuki suatu ruangan yang dipenuhi keramik-keramik yang cantik. Di balik galeri itu terdapat pabrik pembuatannya.

Proses pembuatan keramik bukan hal yang baru buat saya. Kalau diingat-ingat lagi kayanya waktu SD juga sudah pernah diajarkan bu guru waktu ada pelajaran seni rupa. Tapi tetap membuat penasaran. Saat melihat demo pembuatannya, saya yang memang anaknya mauan langsung tertarik untuk mencoba juga. Biar kaya adegan film Ghost yang diperankan Demi Moore. Sayangnya tidak ada sosok Patrick Swayze yang memeluk dari belakang.

IMG_20170218_165922
Sudah boleh ngaku seniman?

SUSAH!

Saat nyobain sendiri ternyata lumayan susah juga. Bagaimana caranya tangan kiri memutar piringan, sedangkan tangan kanan harus membentuk dengan teliti. Harus pake perasaan banget, kalau engga ya hasilnya bleber kemana-mana. Setiap karya seni memang harus pakai rasa. Beda banget waktu liat demonya. Si bapaknya sih kaya yang sat set sat set.

Berbeda banget dengan Pak Odong. Pengrajin yang sudah puluhan tahun berada di balik piringan kayu ini. Sejak taun 70 loh! Silakan hitung sendiri barapa lama beliau menghabiskan waktunya di pabrik keramik. Walau penglihatannya sudah tidak bagus tetapi masih lancar melakuakn step demi step. Semua berdasarkan feeling. Hasilnya tetap SEMPURNA!

IMG_-2q6exc-01
Pak Odong tetap luwes membuat keramik meskipun matanya sudah tidak awas lagi

Pak Odong ini sudah ke terbang ke beberapa negara seperti Jepang dan Belanda untuk memeragakan pembuatan keramik ini. Pengalaman memang gak bisa bohong ya.

Tapi saya lumayan penasaran dengan kata “Plered” ini. Sebenarnya memang nama kecamatan yang menjadi pusat kerajinan keramik di Purwakarta, tetapi nama ini pasti ada asal muasalnya kan?

“Arti kata Plered ini ada berbagai macam versi. Ada yang artinya Pedati yang ditarik oleh sapi dan kuda. Dari asal kata Palered. Pada waktu itu daerah ini merupakan tempat penanam kopi yang hasilnya diangkut oleh pedati-pedati kecil yang ditarik oleh sapi dan kuda. Versi lainnya bisa juga dari istilah sunda “Ngalered”, terkait ke proses pembentukannya.” Kata bapak pemandu dengan logat sunda yang sangat kental.

Tapi proses pembuatan keramik ini bukan cuma memutar piringan dan bentuk-bentuk tanah liat, habis ini harus dikeringkan dan pembakaran. Setelah itu baru di warnai. Mumpung sudah main ke pabriknya jadi sekalian deh ngintip seluruh proses pembuatan keramik ini.

Pengolahan Bahan

Bahan untuk membuat keramik adalah tanah liat. Tanah ini sudah diolah, jadi bukan  tanah hasil ngeruk langsung di cerak. Bukan yaaa!

Ibaratnya membuat roti, tanah yang dibuat untuk membuat keramik adalah tanah yang sudah kalis. Sudah melalui proses pengukuran, penyaringan, pencampuran dengan air, pengadukan, sampai pengulian. Tetapi saya tidak melihat proses ini. Pokonya sudah melihat menjadi bahan jadi siap olah.

Pembentukan

Ini proses yang seperti adegan film Ghost dan saya sudah coba sendiri. Bisa scroll lagi ke atas kalau masih penasaran. Proses pembentukan tanah liat menjadi hasil karya di atas piringan kayu yang berputar. Diputarnya oleh tangan sendiri. Ya mungkin ada yang dengan kaki atau juga mesin. Kebetulan saya berada di pabrik yang masih dengan alat dan cara tradisional. Buat saya ini lumayan susah. Jari-jemari harus luwes dan bersinergi dengan rasa.

Pengeringan

Hasil jadi dari teknik putar adalah tanah liat yang sudah terbentuk. Tetapi teksturnya masih basah. Masih rentan mengalami perubahan bentuk. Jadi harus dikeringkan supaya bisa menjadi padat dan lanjut ke proses berikutmya. Hati-hati kesenggol!

IMG_z3a9la-01

DSC00595-01

Pembakaran

Proses pembakaran ini berada di ruangan yang seeperti tungku. Prosesnya masih tradisional, yaitu dengan kayu bakar. Tetapi bukan berarti membakar langsung keramik yang sudah kering. Tetapi lebih seperti mengasapi. Suhu ruangannya dibuat menjadi panas. Ada prosesnya. Pertama dibuat 300 derajat celcius. Proses ini un tuk mengubah massa yang rapuh menjadi padat dan keras. Kemudian ditingkatkan lagi dengan bertahap dari 700-1000 derajat celcius. Proses ini sangat penting karena mengubah benda yang padat tadi menjadi benda yang kuat, keras, dan kedap air. Ini yang disebut dengan keramik. Karena tidak ada alat ukur suhu jadi semua berdasarkan feeling dan tentunya pengalaman.

DSC00575-01

DSC00582-01

Pengglasiran

Setelah menjadi benda keramik, tentunya perlu dilapisi glasir supaya menjadi lebih indah dan kedap air. Karena keramik ini merupakan benda seni yang dipakai untuk mempercantik ruangan, diluar fungsi kegunaannya. Proses pengglasiran bisa dicelup, dikuas, atau disemprot.

DSC00588

Prosesnya gak sesederhana tulisan ini karena memerlukan ketelitian yang tinggi. Saya sendiri sudah mencoba tapi hasilnya…

IMG_-1y002y

Nah teman-teman kalau mampir ke Purwakarta di pinggir jalannya banyak yang menjual hasil kerajinan ini. Silakan mampir untuk membeli beberapa atau borongan untuk oleh-oleh. Jangan sampai pas 10 tahun mendatang Plered sebagai sentra industri keramik hanya tinggal sejarah.