Sensasi Floating Yoga Pertama di Indonesia Bersama Pristine 8+

Kaki mulai geter-geter. Susah juga menjaga keseimbangan di atas matras yang bergoyang. Desiran angin menambah sesi yoga kali ini semakin menantang. Dalam keadaan menjaga tubuh untuk tetao sembang dan tidak nyemplung ke air, Hendri Take yang menjadi instruktur malah meminta kami melakukan dance pose. Gerakan yoga di mana beban tubuh banyak ditopang oleh satu kaki yang menapak pada matras yang terombang-ambil di atas air.

KATA SIAPA YOGA ITU GAMPANG? HAH?? HAHHH???

Sesi yoga kali ini memang beda dari biasa: Floating Yoga. Pertama kali ada di Indonesia. Acaranya diadakan di Tangkas Sport Center, Jakarta Barat. Jadi memang saya jauh-jauh dari Bekasi menuju lokasi untuk menebus rasa penasaran sekaligus mengenal sensasi yoga di atas air.

Bersama Hendri Take, instruktur yoga di #PristineFloatingYoga

Gerakan yoganya dilakukan di atas paddle board yang mengapung di atas air. Jadi bisa juga disebut floating mat. Ya, pastinya sangat menantang sih. Yoga di medan datar dan stabil aja masih terasa sulit, apalagi di atas matras yang bergoyang, kan?

Namun terkadang memang perlu mencoba hal yan baru asalkan gak berbahaya dan bermanfaat untuk tubuh kita. Variasi membuat hidup kita lebih berwarna dan terus bereksplorasi. Dengan yoga di atas air, misalnya.

Tantangan utama dari yoga di atas air adalah  untuk tetap stabil. Ketidakstabilan medan membuat fokus mesti lebih ditambah lagi. Kekuatan core kita lebih diuji.

Selain itu ada rasa takut untuk jatuh ke dalam air yang mesti dilawan. Walaupun saya sangat tau jatuh ke dalam air lebih tidak beresiko dibanding jatuh di atas permukaan keras, namun ada naluri untuk enggan jatuh. Ya, sebut saja ego.

NILAI TAMBAH DARI FLOATING YOGA

Floating Yoga untuk menyeimbangkan pikiran, raga, dan jiwa. (Foto: Zataligouw)

Manfaat dari Floating Yoga tidak mengurangi manfaat dari gerakan yoga yang lainnya. Tetap butuh fokus dan konsentrasi. Tetap memerlukan latihan yang berlanjut dan konsisten. Tetap memiliki tantangan. Tetap bermanfaat untuk keseimbangan pikiran, tubuh, dan jiwa.

Tapi memang buat saya yang baru pertama kali melakukan ini, terasa sangat sulit dilakukan. Bahkan untuk gerakan yang dianggap mudah atau sangat basic. Ada pikiran “Ah, mustahil banget ini!”. Apalagi saat harus headstand pose di atas paddle board-nya.

“Di floating yoga karena ditekankan lebih butuh konsentrasi dan keseimbangan jadi otomatis memerlukan kekuatan core yang lebih daripada  biasanya.” Jawab Hendri Take saat ditanya kelebihan yoga di atas air ini.

Selain ketenangan pikiran, yang membuat tubuh kita bisa seimbang dan stabil dalam melakukan gerakan yoga adalah “core”. Dengan permukaan yang dinamis, maka core akan lebih terlatih. Dengan kekuatan core, maka kita bisa mendapatkan tubuh yang lebih seimbang.

Jadi dengan dilakukan secara rutin, maka konsentrasi dan keseimbangan pun bertambah. Core pun lebih terlatih.

Di luar yoga yang lebih menantang, ini adalah hal baru buat saya. Saya merasakan lebih fun dan re-fresh. Berasa yoga di pinggir pantai. Apalagi saat itu dilakukan di sore hari. Yang ada pantulan mataharinya namun mulai ada teduh-teduhnya juga. Gak mantul kaya siang bolong.

Apalagi kan kami duduk di atas board yang mengapung di atas air. Ada bonus angin sepoi-sepoi. Ditambah lagi iringan musik yang kadang bikin semangat, kadang bikin pengen rebahan aja. Berasa lagi yoga di Bali.

There’s always good friendship in yoga.

Dan buat saya, acara yoga seperti ini bagus juga untuk bersosialisasi. Bersama orang-orang yang memiliki energi positif dan gak toxic. Ditambah lagi bisa temu kangen temen lama.

FLOATING YOGA PERTAMA DI INDONESIA

Yoga di sore hari bersama Pristine 8+. (Foto:Zataligouw)

Pertama kali dapat undangan acara ini, saya langsung menjawab “YA!”. Sejujurnya saya pun penasaran dengan floating yoga ini. The first experience of my life!

Jadi, Pristine 8+ menyelenggarakan acara yoga bersama dengan membawa tema floating yoga. Sesuatu yang baru dan inovatif, terutama di Indonesia.

Floating yoga sebenarnya puncak dari rangkaian acara Pristine 8+ Floating Yoga. Di acara ini saya pun jadi tau kalau Pristine 8+ bukan air mineral kemasan biasa. Selama ini sih asal ambil aja karena suka sama kemasannya.

Ternyata dinamakan 8+ karena memang air yang terkandung memiliki kadar PH <8  yang menjadikan Pristine 8+ hadir untuk menetralkan kadar asam berlebih dalam tubuh.

Karena walaupun sudah rutin berolahraga, bukan berarti tubuh kita ini baik-baik saja. Asupan yang dikonsumsi pun sangat berpengaruh. Saya ini pengonsumsi makanan pedas dan juga penikmat kopi setiap hari yang membuat resiko kadar asam dalam tubuh meningkat. Ini yang membuat tubuh jadi mudah sakit dan terganggunya proses pencernaan. Oleh karena itu mesti dinetralkan kembali.

Seiring dengan visi yang dibawa oleh Pristine 8+, maka dengan adanya yoga bersama diharapkan para pecinta yoga yang hadir dapat menyeimbangkan pikiran dan juga menetralkan asam tubuh dengan cara yang sangat inovatif. Tentunya manfaat ini tidak dapat dirasakan jika hanya sekali dilakukan. Jadi biar gak mubazir dan benar-benar terasa efek baiknya, sebaiknya dilakukan dengan rutin. Baik olahraganya, dan juga asupan yang dikonsumsinya.

Jadi, sudahkah kamu yoga hari ini?

3 Race Ulang Tahun di 2017: Milo Run, Titan Run, dan Maybank Bali Marathon

Ternyata begini ya rasanya kalau sudah menginjak satu tahun berlari. Bisa mengalami pengulangan di satu race yang sama dengan pengalaman dan cerita yang berbeda. Merasakan progress diri sendiri yang tanpa disadari semakin lama semakin meningkat.

Ini masalah waktu.

Ternyata jam terbang memang gak bisa bohong. Dengan kemampuan lari saya yang ala kadarnya, ternyata bisa melakukan perbaikan waktu juga.

Waktu setahun ini bukan tanpa cerita. Ada tawa, tangis, cedera, dan drama-drama lainnya.

Semakin lama semakin biasa. Mungkin ini juga yang terjadi pada kaki saya. Setahun yang lalu, setiap ikut race dan berlari di satu kilo pertama rasanya sudah mau menyerah saja. Sekarang, ya Alhamdulillah..

Tetep cape juga.

Gak mungkin gak cape. Namanya lari ya pasti cape. Tapi badan sudah bisa lebih berkompromi. Sudah bisa ngatur-ngatur pace di setiap jarak. (Gaya banget ya!)

MILO JAKARTA INTERNATIONAL 10K

Buat lomba lari 10K, event MILO Jakarta International 10K ini dianggap bergengsi. Masih diminati oleh para penggiat lari, baik yang pro maupun yang sekadar hura-hura. Event laridi Jakarta  ini sudah ada sejak tahun 2004. Yang menarik dari event ini adalah medalinya terbatas hanya untuk 2000 penamat pertama.

Fitri Tasfiah, muncul di tahun 2016. Dengan bermodalkan latihan lari yang baru sebulan dan belum pernah menginjak jarak 10K, mengikuti race ini sudah luar biasa nervous-nya.

Lari 3K aja rasanya udah cape, ini lagi mau lari 10 kilo. Jarak yang sama dari rumah saya di Bekasi ke Cibubur. Pada subuh itu saya datang dengan Farrel, anak sulung yang juga saya racunin ikut lari di Milo Run ini. Tentunya dengan jarak untuk anak-anak. Sejujurnya sekalian kerja sih. Ada campaign yang harus melibatkan anak, hehe..

Di Milo Run 10K ini saya berlari dengan perut yang masih kosong, jadi kesan-kesan di race pertama ini adalah: lapar. Kecepatan diatur sedemikian rupa supaya bisa tangguh menamatkan race 10K pertama dalam hidup. Sebenarnya memang pacenya segitu-gitu aja sih. Lumayan lah, bisa finish dengan waktu 1 jam 20 menit. Lumayan..

Waktu Finish unofficial di race 10K pertama

Meskipun pulang cuma bawa baju kotor tanpa ada medali apapun di tangan. Untung hepi.

Setahun kemudian, tepatnya 2 bulan yang lalu, saya kembali mengikuti MILO Run ini. dengan jarak yang sama ternyata bisa memperbaiki waktu. Dari 1 jam 20 menit ke 1 jam 5 menit. Dari yang tahun lalu gak dapat medali, sekarang bisa dapat medali limited editon untuk 2000 penamat pertama.

Akhirnya berhasil mendapat medali untuk 2000 penamat pertama di Milo Run 2017

Ahh.. terharuuu!

TITAN RUN

Titan Run adalah event lari pertama yang saya jalani selain di Jakarta. Kebetulan lokasinya di Tangsel, tepatnya di Alam Sutera.

Titan Run 2016 adalah race serius kedua saya. Kenapa serius?

Karena ini pertama kalinya saya menguji kemampuan dengan berlari 10K tanpa berhenti (Kecuali saat minum di Water Station). Race ini menjadi salah satu persiapan menghadapi Half Marathon pertama di Maybank Bali Marathon, yang diselenggarakan pada bulan yang sama.

Behasil sih.

Tapi waktu finish saya di 10K saya gak ada perubahan dari Milo 10K yang berlangsung 2 minggu sebelumnya. Kalau dipikir-pikir sih lumayan lama, hahaha..

Tapi waktu itu mah bangga-bangga aja. Seneng bisa lari 10K beneran pada akhirnya ya…

Langkahnya bener-bener diirit-irit biar gak ngos-ngosan. Ya tapi tetep ngos-ngosan juga!

Titan Run 2016: Lambat asal selamat

Di Titan Run tahun ini ceritanya mau upgrade jarak. Kalau tahun sebelumnya mentalnya cuma buat 10K, tahun ini mencoba di jarak 17,8K. Jarak ini memang unik karena memang untuk menyambut hari kemerdekaan RI di tanggal 17 bulan 8.

Tadinya mau turun ke 10K karena hanya beda seminggu dengan Pocari Run yang di Bandung. Di Pocari Run saya mengambil jarak 21K. Lumayan cape juga karena kurang isturahat. Dari Bali langsung ke Bandung demi bisa lari di event lari yang katanya mesti dicoba ini.

Karena sudah nanggung daftar dan gak ngejar PB juga, akhirnya tetap memilih jarak 17,8K. Benar-benar lari untuk recovery. Menikmati jarak demi jarak tanpa membuat target waktu yang bikin sakit kepala dan sakit hati.

Avg pace 6:19 pada Km 16 untuk jarak 17,8K di Titan Run 2017

Lari di Titan Run tahun ini ternyata masih seru seperti tahun sebelumnya. Habis lari bisa kulineran sekenyangnya dan gratis.

Sayangnya sempet ada drama mules pas mau start. Penyakit saya banget nih kalau mau race.

Malemnya habis makan mie instant pakai cabe rawit. Alhasil pas sampai venue langsung lari-lari nyari toilet. Mana start tinggal 10 menit lagi. Udah telat, pup pula!

Untungnya saya bisa finish tanpa kendor-kendor banget waktunya. Dibanding tahun lalu sih ini udah Alhamdulillah banget!

MAYBANK BALI MARATHON (MBM)

Kata teman-teman senior di dunia lelarian, MBM ini adalah lebarannya para pelari. Mau serius ataupun cuma wisata yang penting ikutan lari. Tapi bener sih. Saya melihat banyak wajah-wajah famous di dunia lelarian turun di event ini. Ya sebagian memang sudah ada sponsor yang daftarin sih. Enak ya..

Buat saya MBM 2016 menjadi sejarah dalam hidup. Pertama kali saya menginjak jarak 21K dan proses dari gak pernah lari ke event ini hanya berselang 2 bulan. Latihan fokusnya ya 3 minggu sebelum hari H. Bayangkanlah!

Gak heran kalau akhirnya lutut saya sampai sengklek karena persiapan yang kejar tayang ini. Tapi masih lumayan bangga karena virgin HM saya di track yang luar biasa menantang ini masih di bawah 3 jam.

Banyak drama yang dialami saat mengikuti virgin HM di MBM ini, salah satunya ya kebelet pup. Namanya juga masih newbie-super-newbie. Karena nervous, jadi sebelum lari saya minum air putih lumayan banyak. Hasilnya ya jadi kebelet pipis pas mau start.

Karena tidak tersalurkan akhirnya jadi kebelet pup. Repot juga kan pas lari nanya-nanya toilet ke penduduk setempat buat bisa dinumpangin setoran. Untung gak kebelet yang lain kan!

Dalam keadaan kaki yang sengklek dan track di Bali yang hilly, HM pertama saya lumayan terasa berat. Belum lagi Bali kan panasnya cantik banget. Target di bawah 3 jam jugaTapi untungnya mental mamak-mamak Bekasi ini ternyata lumayan tangguh. Niat bisa sampai finish begitu kuat, jadi pada akhirnya waktu finish sesuai yang ditargetkan.

HM pertama di MBM 2016 finish pada waktu 2 jam 49 detik

MBM tahun ini lain cerita. Lebih gak niat.

Mentang-mentang bukan HM pertama, jadi persiapan gak mateng-mateng banget. Gak punya persiapan khusus. Latihan juga seadanya. Malahan sempet break seminggu lebih.

Dibanding carbo-loading, saya malah berburu gelato.

Mental juga udah gak segugup yang pertama. Malahan terlalu santai.

Karena memang gak membuat target apa-apa di MBM tahun ini. Saya sadar jalur di Bali ini banyak naik turunnya, jadi merasa sia-sia kalau mengejar PB (Personal Best). Ya minimal bisa sub 2 jam 30 menit. Supaya gak terlalu merosot banget bedanya dengan HM di Pocari Run.

Ternyata memang benar. Tanjakan MBM tahun ini masih bikin betis menjerit.

Berusaha santai tapi ya cape juga. Untungnya dari KM 14 jalurnya sudah bersahabat. Sampai finish lancar banget tanpa kendala apa-apa.

Kebetulan waktunya masih sama dengan HM di Pocari Run, yaitu 2 jam 20 detik. Padahal lari HM di Bali lebih menantang dibanding saat di Bandung sebulan sebelumnya.

Half Marathon di MBM 2017 dengan perbaikan waktu dari tahun sebelumnya

Memang benar kata orang-orang: Jam terbang gak bisa bohong.

Semakin sering berlari maka tubuh kita juga semakin biasa. Ini yang mahal dan tidak bisa dibeli. Yang ingin saya pertahankan sekarang adalah tetap bisa menikmati lari.

Berlari bukan maslaah tujuan, tetapi bagaimana menjalani prosesnya. Dibanding terlalu obsesi trus nantinya cape sendiri dan jadi jenuh. Ya.. kan bukan atlet juga. Umur juga udah gak muda-muda banget.

Semoga masih bisa menikmati perjalanan berlari sampai tahun-tahun ke depannya. Tambah pengalaman, tambah cerita. Sangat-sangat menyenangkan!

5 Cara Streching untuk Pendinginan Setelah Berlari

I hate pain!

Saya suka olahraga tapi gak suka sakitnya. Bukan hanya menghambat performa saat latihan dan juga saat race, tetapi menganggu ruang gerak seharian dan hari-hari selanjutnya. Nyeri otot setelah latihan (DOMS) memang kadang datang setelah latihan. Apalagi jika baru melakukan suatu gerakan yang baru.

Benar-benar mesti sabar menghadapi proses adaptasi otot yang gak nyaman.

Memang setelah setahun rajin lari-larian jadi makin melek lagi tentang pentingan pemanasan dan pendinginan. Seperti halnya pemanasan, pendinginan juga menjadi faktor penting untuk menghindari DOMS dan cedera. Lama cepatnya proses recovery tergantung dari kedisiplinan kita juga.

DOMS atau Delayed Onset Muscle Soreness biasanya tidak berlangsung lama. Kecuali jika efek latihannya sampai ke kondisi cedera. Butuh penanganan yang lebih lanjut.

Mengapa pendinginan itu penting?

Saat berlari, detak jantung kita bergerak lebih cepat. Proses pendinginan membantu detak jantung kita melambat dengan bertahap. Demikian yang dikatakan Dr. Grant Cooper, MD, seorang Physical Medicine & Rehabilitation saat sesi tanya jawab di Sharecare.com. Stretching membuat otot untuk rileks dan mencegah tekanan darah menurun secara tiba-tiba, dimana hal ini bisa terjadi apabila darah dibiarkan mengumpul di bagian-bagian ujung yang jauh dari jantung.

Kita bisa melakukan stretching (peregangan) saat pendinginan. Selain dapat mencegah terjadinya DOMS dan cedera, ini juga sebagai bentuk terima kasih kepada bagian-bagian tubuh yang sudah melakukan kerja keras saat latihan atau perlombaan.

Saya mengenal yoga lebih lama dibanding berlari. Yoga membantu saya untuk melakukan stretching dengan optimal. Akan tetapi saya tidak ingin membahas tentang yoga di sini, karena sudah pernah saya tulis dalam artikel Yoga Setelah Berlari. Kali ini saya ingin menuliskan cara pendinginan setelah berlari sesuai yang biasa dilakukan saat latihan regular dan race day.

SEBELUM STRETCHING

 Jantung berdetak dengan sangat cepat ketika berlari. Ketika latihan selesai, sebaiknya jangan berhenti dengan mendadak. Kurangi kecepatan berlari dengan perlahan kemudian berjalan kaki sebagai transisi dari saat lari ke stretching. Jika terasa haus dan lelah, bisa melakukan jalan kaki sambil meminum air putih atau minuman isotonik.

Berdasarkan artikel yang saya baca di Runnersworld.com, lamanya berjalan kaki disesuaikan dengan beratnya latihan pada saat itu. Jika latihan ketika itu tidak terlalu berat (easy effort jogs), kurangi kecepatan dengan berjalan kaki sekitar 3-5 menit. Sebagai opsional, bisa melanjutkan dengan melakukan form drills sekitar 5-10 menit.

Beda halnya jika habis menyelesaikan latihan yang cukup berat seperti latihan tempo dan speed. Kurangi kecepatan perlahan berlari lebih ringan (easy jogs) sekitar 5-10 menit. Kemudian lanjutkan sekitar 3-5 menit dengan berjalan kaki.

Akan tetapi jika hari itu melakukan latihan long run, isi masa transisi dari berlari ke stretching dengan berjalan kaki dahulu selama 10 menit.

Bagaimana dengan jika baru menyelesaikan race? Untuk race jarak 5K-10K, lakukan 10 menit berlari ringan (easy effort jogs) dan 5 menit berjalan kaki. Jika jarak race yang diambil half marathon (21K) atau full marathon (42K), sudahi dengan berjalan kaki selama 10 menit. Hingga napas kita terasa lebih nyaman.

STRETCHING

Peregangan atau stretching -tergantung kamu terbiasa menyebutnya apa- dapat membantu meningkatkan fleksibilitas, meningkatkan rentang gerak, dan mengurangi resiko cedera yang disebabkan oleh luka pada jaringan ikat.

Jika sebelum lari kita melakukan dynamic stretching, tapi jika setelah melakukan aktivitas fisik seperti berlari disarakan untuk melakukan static stretching. Berikut jenis peregangan yang bisa dilakukan setelah berlari:

#1. Quadriceps Stretching (Peregangan pada Otot Paha atas)

Quadriceps salah satu bagian esensial dalam lari. Dalam keadaan berdiri lurus, tarik salah satu kaki ke belakang hingga tumit menempel atau mendekati bokong. Tahan hingga 10-20 detik. Setelah itu lakukan hal yang sama pada bagian kaki lainnya.

#2. Hips Flexor Stretching (Peregangan pada Fleksor Pinggul)

Salah satu bagian yang bekerja pada saat berlari adalah hips flexors. Langkahkan kaki kanan ke belakang, posisi kedua kaki berada dalam keadaan sejajar lurus. Turunkan tulang pinggul ke bawah hingga paha (diusahakan) lurus dan kaki kanan tidak menekuk. Tahan selama 10 detik.

Kemudian turunkan lutut ke lantai dan turunkan lagi pinggul untuk stretching yang lebih dalam. Tahan selama 10 detik. Kembali ke posisi awal dan lakukan bergantian pada sisi kaki yang lainnya.

#3. Hamstring and Lower Back Stretching (Peregangan pada Otot Paha Belakang dan Punggung Bawah)

Para pelari sering melakukan latihan hamstring untuk mencegah terjadinya cedera. Dari posisi sebelumnya, kembalikan kedua kaki dalam posisi awal (sejajar berdampingan). Turunkan tulang punggung dan tarik bagian depan telapak kaki. Kaki kiri dalam keadaan lurus. Dekatkan wajah ke arah lutut (posisi mencium lutut). Tahan hingga 10 detik dan kembali ke posisi semula. Lakukan bergantian pada kaki bagian kiri dan tahan selama 10 detik.

Setelah itu luruskan kedua kaki (dengan lutut tidak menekuk) untuk peregangan di bagian hamstring dan lower back. Turunkan tulang punggung hingga mendekati kaki dan peluk kedua kaki. Dekatkan wajah ke bagian lutut dan tahan selama 10 detik.

#4. Iliotibial Band (ITB) Stretching (Peregangan pada Band Iliotibial)

Untuk meregangkan bagian iliotibial band (ITB), silangkan kaki kanan ke belakang kaki kiri. Kedua telapak kaki menempel pada lantai, miringkan tubuh ke sisi kiri dan pinggul bagian kanan lebih tertarik dengan terdorong ke sisi luar. Tahan selama 10 detik dan ulangi gerakan ini pada sisi lainnya. Sebagai catatan, usahakan tubuh tidak condong ke depan.

#5. Calves Stretching (Peregangan pada Otot Betis)

Saat menuliskan bagian ini saya berulang kali mengetik dan menghapusnya. Ada beberapa pose untuk peregangan otot betis jadi bingung ambil yang mana. Akhirnya saya memilih downward facing dong (adho mukha svanasana), gerakan yoga yang sangat saya suka.

Langkahkan kaki kanan jauh ke belakang, kemudian letakkan kedua telapak tangan di lantai. Posisi bahu dan telapak tangan lurus vertikal. Kemudian tarik kaki kiri ke belakang hingga kedua kaki sejajar berdampingan. Perlahan-lahan turunkan kedua tumit hingga seluruh permukaan telapak kaki menapak pada lantai. Tahan selama 10-20 detik.

Untuk memaksimalkan pada masing-masing sisi, lanjutkan dengan mengangkat paha kanan dengan lutut yang tidak menekuk. Rasakan betis kiri yang semakin mengencang dengan tetap menahan kaki dalam posisi lurus dan tumit kiri yang semakin terdorong ke lantai. Tahan selama 10 detik dan kaki kanan kembali diturunkan. Setelah itu kembali ke posisi paling awal. Selanjutkan lakukan gerakan yang sama dengan sisi kaki berbeda.

#6. Upper Body Stretching (Peregangan pada Tubuh Atas)

Dari posisi berdiri, regangkan tubuh dengan menarik kepala hingga mendekati bahu kanan. Tahan selama 20 detik. Kemudian ulangi pada sisi lainnya. Peregangan leher ini dilakukan ke semua sisi (kanan, kiri, depan, dan belakang).

Tubuh bagian atas meliputi bagian leher, bahu, torso (kanan dan kiri), bahu, tangan, dan pinggang. Walaupun berlari banyak tumpuan pada kaki, tetapi otot-otot tubuh bagian atas pun ikut menegang karena ikut memberi kontribusi pada gerakan berlari.

TAMBAHAN NIH!

 Ada kalanya kita memerlukan penanganan ekstra setelah berlari. Latihan berat seperti long run atau mungkin saat mengikuti race, otot tubuh kita bekerja lebih ekstra lagi dari biasanya. Berikut catatan tambahan berdasarkan pengalaman yang boleh banget dicatat:

Tidak melakukan pijat pada otot setelah berlari!

Dulu saya kira memijat setelah berolahraga itu wajar. Setelah aktif lari jadi tahu bahwa sebaiknya tidak melakukan pijat atau urut pada bagian yang sakit. Pemijatan ditakutkan malah akan memperparah kondisi luka otot yang terjadi setelah berlari. Pijat atau urut juga dapat membuat proses pemulihan lebih lama.

Mengompres dengan Es

Berendam di air dingin atau mengompres tubuh dengan es biasa dilakukan setelah race atau melakukan latihan yang berat. Apalagi jika terdapat signal mengalami cedera. Es atau air dingin membantu mempercepat proses pemulihan jaringan atau sel otot yang rusak.

Menggunakan Gel-Patch Anti Nyeri jika Diperlukan

Ya, saya pernah cedera. Saya tulis juga dalam tulisan sebelumnya: 12 Perubahan pada Diri Sendiri setelah 12 Bulan berlari. Salah satu penolong saya adalah Salonpas Gel-Patch.

Pelari seringkali mengalami nyeri otot dan sendi saat menjalankan program latihan atau pada saat race day. Salonpas Gel-Patch ini membantu untuk meredakan nyeri otot dan sendi  di bagian bahu, pinggang, leher, siku, dan lutut. Lumayan bantu banget saat mengenal produk ini. Karena bahannya elastis dan mudah dilepas. Jadi gak sakit ke kulitnya.

Cara pakainya simpel banget:

  1. Buka kemasan dengan merobek garis pada ujung kemasan
  2. Setelah ujung kemasa dirobek, buka bagian zipnya untuk mengeluarkan koyonya
  3. Regangkan dahulu koyo dengan menarik bagian kanan dan kirinya.
  4. Lepaskan bagian plastic yang melapisi sisi dalam koyo
  5. Tempelkan pada bagian yang sakit

Perhatian: Sebelum menggunakannya sebaiknya mengikuti petunjuk penggunaan pada bagian belakang kemasan.

Pengalaman saya memakai Salonpas Gel-Patch ini karena sensasi rasa dingin ketika dipakai. Jauh dari koyo yang biasanya memberi rasa pedas dan panas. Jadi rasanya seperti sedang dikompres es.

Karena yang saya tahu cedera itu jangan dikompres air panas. Begitupun setelah berlari. Disarankan tidak memakai yang panas-panas, termasuk berendam dengan air panas karena bisa memperparah peradangan.

Ingin merasakan pengalaman seperti yang saya juga? Yuk gabung dulu di Facebook Lets Move With Salonpas dan Instagram @salonpasletsmove. Nantikan info terkini untuk ikutan “Let’s Move” Contest! Karena bisa jadi kamu yang akan mendapatkan kesempatan olahraga bareng Guest Star Salonpas Gel Patch dan mendapatkan tiket Jakarta Marathon 2017!

Selain itu, jangan lupa untuk cek postingan tentang artikel ini di Facebook  https://www.facebook.com/fitritasfiah dan Instagram @fitritash ya! Karena akan ada goodiebag menarik dari Salonpas Gel Patch. Yuk follow sekarang, Gaes!

12 Perubahan Pada Diri Sendiri setelah 12 Bulan Berlari

Hari minggu nanti terdapat event Milo Jakarta International 10K 2017. Jadi ingat kalau pada tahun lalu, saat saya mengikuti race untuk pertama kali: Milo Jakarta International 10K 2016.

Saat itu gugupnya luar biasa karena bagi saya 10km adalah jarak yang jauh. Dari rumah saya di Bekasi, jarak segitu saya sudah bisa sampai ke Cibubur. Dan ini harus lari jarak segitu?

Milo Jakarta International 10K 2016 sebagai race pertama Fitri Tasfiah

Race pertama saya ternyata gak membuat ibu-ibu yang keras kepala ini kapok. Sebulan kemudian saya berngkat ke Bali hanya untuk lari semata di Maybank Bali Marathon (MBM) 2016,  jarak 21K (Half Marathon) pertama saya. Biarpun bisa finish, saya harus mengalami cerdera lutut di masa persiapannya. Katanya sih biasa untuk pelari baru.

Yang jelas ini bukan wajah kebelet pup, tapi kebelet pengen finish

Dari berbagai ketakutan menghasilkan berbagai kepuasan saat menginjak garis finish. Setelah mengikuti MBM 2016, seminggu kemudian saya sudah mengikuti race lagi untuk jarak 10K. Dan ini berlanjut ke minggu-minggu setelahnya.

12 PERUBAHAN NYATA SETELAH 12 BULAN BERLARI

Seorang bayi yang berusia 12 bulan biasanya sudah belajar untuk berjalan. Untuk sampai ke tahap berjalan, dia belajar untuk tengkurep, duduk, dan merangkak. Saya pun sama. Saat mengalami 12 bulan berlari, saya merasa seperti sedang berproses. Banyak banget hal-hal yang berubah setelah saya mulai berlari!

#1 Lebih rajin bangun pagi sekali saat weekend

Bangun pagi sudah biasa, tapi bangun pagi banget saat weekend ini yang membuat luar biasa. Entah harus bangga atau miris. Paginya bukan jam 5, tapi bisa jam 3 pagi. Bahkan saya sempat memasang alarm pukul 2 pagi untuk persiapan race.

Sungguh di atas rata-rata.

Pelari ini mirip satpam yang kebagian piket. Langit masih gelap malah ke luar rumah.

Pukul 4.30 pagi sudah wefie sebelum start 10K Herbalife Run di BSD

Event lari memang seringkali dimulai pukul  5 pagi. Saya memerlukan waktu minimal sejam sebelumnya di venue untuk mencari parkiran, buang air (kecil ataupun besar), ngobrol, foto, dan pemanasan. Biarpun beberapa kali saya gak sempat pemanasan karena harus ngantri untuk ke toilet selama setengah jam.

Dan karena rumah saya di Bekasi yang {ehm) kemana-mana jauh, jadi harus sadar diri berangkat lebih pagi. Kalau sampai terlambat kan sayang banget.

Anehnya, kok aktivitas di pagi buta ini bikin saya ketagihan. I feel so anti-mainstream!

#2 Gak terlalu takut sama hujan

Untuk orang yang selalu berlari outdoor, sudah gak terhitung lagi berapa kali saya lari sambil hujan-hujanan. Baik saat sedang latihan ataupun race.

Sudah bangun pagi buta -yang tentu saja jadi harus mandi pagi banget juga- dan kadang hujan-hujanan. Pengalaman paling seru sih saat mengikuti race Anyo Run di Alam Sutera. Saat peserta bersiap-siap untuk start, tiba-tiba turun hujan dan deras pula. Anehnya, saya malah bersorak.

Asik juga lari hujan-hujanan. Mengenang masa kecil yang terlalu bahagia, hehe..

#3 Jadi rajin belanja

Buat kaum hawa, mungkin saya termasuk orang yang gak suka-suka banget belanja. Bukan karena gak merasakan kenikmatan saat belanja, tapi ya karena faktor “ngirit adalah segalanya”. Mau beli legging yoga yang agak mahalan aja mikirnya bisa 1000 kali.

Kalau bisa beli yang murah, kenapa harus yang mahal?

Salah satu prinsip dompet saya. Di suatu pagi yang tanpa kesibukan saya mengisinya dengan mencuci semua sepatu. Saat  itu saya merasa satu sepatu lari saya bisa membeli legging yoga yang kaya seleb-seleb Instargram. Apalagi sepatu yang saya cuci saat itu ternyata banyak.

Belum lagi ketika harus merapikan lemari. Saya harus membeli satu lemari lagi untuk menampung baju dan celana lari. Dan ya.. celana compression itu sebenarnya harganya udah ngelebihin harga celana yoga yang premium. Tapi kok gak kerasa ya?

Tau-tau udah ada paket ke rumah yang isinya barang hasil belanja online.

#4 Badan akhirnya kurusan biarpun makan karbohidrat jalan terus

Selama bertahun-tahun berat badan saya cenderung stabil. Saking stabilnya sampai kayanya susah banget buat turun lagi. Saat sudah rajin lari pun berat badan sih tetep aja.

Di awal tahun 2017 saya mempunyai resolusi bisa finish full marathon. Saat itu saya akhirnya latihan dengan pelatih pro dan mengikuti program latihan. Saat menjalani program latihan, sering dibilang kurusan sama temen-temen.

Sekarang berat badan stabil sudah di angka 48. Kalau baru bangun pagi sih bisa di angka 47. Tentunya angka itu akan berubah saat ada makanan masuk ke dalam tubuh. Hahaha..

#5 Dari lari-untuk-kurus menjadi kurus-untuk-lari

Walaupun niat saya berlari bukan untuk menguruskan badan, tapi ada harapan bisa lebih kurus dengan melakukan olahraga ini. Semenjak rajin berlari dan mengikuti beberapa race, saya jadi ingin lebih kurus supaya bisa lebih ringan saat berlari.

Jadi kebalik ya? Hmm..

Semakin berkurang berat badan, maka semakin berkurang juga beban tubuh saat berlari. Sejujurnya dengan berkurangnya 3 kilo ini, kaki saya menjadi lebih enak saat berlari. Makanya semoga bisa lebih kurus lagi.

#6 Jadi punya banyak teman di Facebook

Saya pernah menghapus banyak teman di Facebook supaya privacy lebih terjaga. Ada rasa kebanggaan saat jumlah teman di Facebook berkurang hingga total menjadi 800 teman. Tentunya masih banyak yang harus difilter lagi.

Semenjak rajin berlari, teman di Facebook jadi lebih banyak. Rata-rata ya teman lari. Bahkan ada beberapa yang belum pernah ketemu. Aneh, ya? 😀

#7 Isi sosmed kebanyakan foto lari

Social media adalah wadah yang menaungi curhat dan pencitraan, jadi isinya mewakili aktivitas yang dijalani. Hampir setiap hari minggu saya berlari, baik hanya sekadar latihan ataupun ikut race. Belum lagi setiap hari selasa dan kamis ada jadwal latihan.

Dan saya lumayan rajin update status. Jadi gimana gak foto lari semua?

#8 Gak gampang sakit

Saya memiliki imun yang gak bagus-bagus banget. Dulu setiap bulannya ada aja masa teparnya. Biasanya karena kecapean dan badan “nagih” untuk istirahat.

Semenjak lari saya merasa jadi lebih kebal sama virus dan bakteri. Bukan berarti gak pernah sakit juga, ya!

Walaupun terkadang saya kehujanan saat sedang berlari, tapi alhamdulillah daya tahan tubuh lumayan terjaga. Malahan kalau udah agak gak enak badan, sedikit berlari ringat membuat tubuh jadi fit lagi.

#9 Cintai karbohidrat apa adanya

Di suatu pagi pukul 4, ketika rumah masih senyap, saya turun ke bawah untuk menyantap nasi tanpa lauk. Saya mengunyah sambil berjalan ke dalam mobil. Ya, saya ingin berlari di sebuah event lari dan merasa harus menyimpan karbo untuk dibakar.

Apakah enak hanya makan nasi? Tentu tidak!

Saya sudah gak mikirin rasa. Targetnya yang penting ada bahan bakar. Sebenarnya saya tidak setiap hari memakan nasi. Tapi jika ada jadwal berlari selalu menyempatkan mengisi perut dengan nasi atau karbo apapun. Kebetulan karbo memang makanan sahabat pelari, kecuali yang melakukan diet keto.

Kalau ada pasta saya lebih bahagia lagi. Lari membuat saya bisa mengonsumsi aglio olio tanpa merasa bersalah.

#10 Pergi jauh-jauh cuma buat lari

Kadang mesti jalan ke alfamart aja malesnya luar biasa, tapi saya bisa bolak balik Bekasi-BSD cuma untuk ikut race. Berlari di Bali, Lombok, dan Kuala Lumpur adalah pengalaman yang akan terekam sepanjang hidup.

Kumpul pukul 3 pagi dengan kawan lari dari Run For Indonesia untuk Standard Chartered Kuala Lumpur Marathon

Harapan saya sih bisa banyak menjelajah Indonesia dengan berlari. Harapan yang agak ngarepnya lagi bisa berlari di berbagai negara. Namanya juga recreational runner.

#11 Lebih mengenal tubuh dari cedera

Lari itu memberi banyak pengalaman, salah satunya cedera. Dari mulai cedera lutut, cedera pergelangan kaki, cedera di betis, hingga yang sedang saya alami: piriformis syndrome.

Tapi dari berbagai cedera yang dialami, saya mencoba belajar dan mengenali tubuh lari. Mencoba melakukan terapi pada diri sendiri yang mudah-mudahan nantinya berguna untuk oranglain.

Berlari, walaupun kesannya sederhana tetapi banyak kejutan saat menjalaninya. Latihan penguatan otot dan menambah elastisitas merupakan salah satu cara untuk menghindari cedera. Jadi walaupun berlari, jenis latihannya lumayan variatif.

#12 Lebih banyak bersyukur

Kuku menghitam hingga lepas, kulit terbakar, tumbuh jerawat, dan blister adalah resiko yang tubuh saya harus terima. Tapi hal ini gak membuat saya mengeluh ataupun kapok. Semuanya disenyumin aja.

Dari perubahan fisik yang dialami, saya justru merasa bersyukur masih diberi kesehatan untuk bisa tetap lari. Karena ada banyak orang yang tidak bisa berlari karena kondisi fisiknya yang gak memungkinkan.

Ada teman yang mengatakan “Kuku lepas tandanya kita masih punya kaki.”. Paling jadi malu kalau mau manicure pedicure karena kukunya aja udah ringsek. Perawatan kuku terpaksa harus self-service.

Biarpun saya tahu lari itu membuat kulit lebih kering dan gelap, tapi menjaga kulit tetap perlu. Karena tahu akan terbakar, penggunakan sunscreen sebelum berlari adalah hal yang penting. Supaya gak kering, tidak lupa untuk memakai pelembab sebelumnya.

Biar kulitnya gak berontak juga diajak lari terus. Menjaga tubuh juga salah satu cara untuk bersyukur. Ya, gak?

12 bulan berlari membawa 12 pengalaman yang berharga untuk diri sendiri. Dari setahun, apakah saya bisa mencetak PB baru untuk kategori 10K? Doakan saya ya!

Tips Menjalankan Latihan Lari Saat Puasa

“Jangankan untuk olahraga, buat jalan kaki ke toilet saja rasanya lemas.”

Keluhan saya dan mungkin beberapa teman-teman juga yang sedang menjalani hari-hari pertama puasa. Pada bulan Ramadan, umat Islam menjalankan ibadah puasa selama satu bulan. Ada beberapa perubahan yang dialami saat menjalankan puasa ini, dari mulai perubahan pola makan hingga pola tidur. Perubahan pola hidup ini membuat tubuh memerlukan adaptasi.

Saat masa adaptasi seringkali tubuh merasa malas untuk bergerak. Saat jarum jam menunjukkan pukul 12 siang, perut terasa kembali lapar. Mengapa? Karena ini adalah waktu di mana penyerapan makanan dalam usus berakhir. Pola ini jika kita terakhir mengonsumsi makanan pukul 4 pagi. Jadi setelah 8 jam berakhir, tubuh mulai “nagih” makanan baru.

Rasa lapar biasanya akan melebar menjadi rasa lemas. Rasa lemas saat puasa karena tubuh kita kekurangan glikogen. Dalam tubuh tersayang kita ini, glikogen sebagai cadangan makanan yang akan dibakar saat beraktivitas. Untuk memecah cadangan makanan menjadi glikogen tidak bisa berlangsung instan. Sedangkan cadangan makanan berupa glikogen hanya bisa bertahan sekitar 10 jam. Jadi, haruskah kita berhenti latihan saat puasa?

Di bawah ini saya tulis beberapa tips yang saya ambil dari tulisan saya di bugaraga.com:

BIJAK DALAM MENGATUR JADWAL LATIHAN

DSC03414-01
Lari sore di GOR Soemantri Brojonegoro Kuningan

Untuk yang berdomisili di Jakarta, coba mampir ke GOR Soemantri Brojonegoro di sore hari pada bulan puasa ini. Walaupun bulan puasa tapi tidak membuat jalur larinya bersih tidak terjamah. Padahal sebagian dari mereka sedang menjalankan ibadah puasa.  Dari teman saya yang juga seorang penggiat triathlon, Chaidir Akbar, ada tips latihan saat menjalankan ibadah puasa ini:

Mengatur intensitas latihan

Wajar kalau haus saat puasa, apalagi jika harus latihan fisik. Buatlah lebih fleksibel dengan memahami tubuh sendiri dan mengurangi intensitasnya. Yang penting tetap bergerak, kan?

Mengatur waktu latihan

CFD Sudirman saat puasa lebih kosong
CFD Sudirman saat puasa lebih kosong

Kalau lari di saat mataharis edang nyala-nyalanya sih nyari penyakit ya. Keringat yang keluar pun akan lebih banyak. Takutnya kamu malah mengalami dehidrasi. Pilih waktu yang kira-kira lebih teduh: pagi atau sore. Atau mungkin ruangan terturup dan ber-ac seperti tempat gym bisa menjadi pilihan.

Kalau mendapat pilihan waktu latihan antara pagi atau sore, saya memilih sore. Jika haus kan tinggal menunggu waktu bukan, gak jarak antara latihan dengan waktu berbuka tidak terlalu lama. Kalau pagi resikonya bisa mager (baca: males gerak) seharian.

Tapi kalau saya memilih setelah berbuka. Pada awal puasa saya mencoba lari sebelum berbuka dan malah kurang efektif. Tenaga untuk berlari bisa dibilang nihil. Perut kosong saat berlari ini juga membuat lambung terasa diperas. Tapi, setiap orang memilih pilihan yang berbeda.

Memecah latihan menjadi dua sesi

Ini khusus yang memang rajin banget latiannya. Saya tidak termasuk di dalamnya. Untuk pelari yang ingin mengambil jarak yang panjang mungkin merasa kepayahan jika dilakukan saat puasa. Agar lebih ringan bisa dipedah menjadi 2 sesi. Misalnya satu sesi di pagi hari sebelum matahari terbit dan satu sesi di sore menjelang berbuka. Jadwal latihan bisa dibuat fleksibel, yang paling memungkinkan kita bisa jalani.

Mengambil jarak yang lebih pendek saat masa adaptasi

Pada masa awal-awal puasa tubuh kita masih melakukan adaptasi terhadap perubahan gaya hidup. Jadi dalam masa adaptasi ini kita bisa melakukan dengan cara berlari dalam jarak atau periode yang lebih pendek dari kebiasaan. Berlatih dalam intensitas rendah untuk melatih tubuh menggunakan energi dari lemak tubuh.

BIJAK DENGAN MENGATUR MENU SAHUR DAN BUKA PUASA

Sedikit membahas mengenai fisiologi berpuasa. Di laman HelloSehat dijelaskan bahwa saat kondisi normal, glukosa menjadi sumber energi utama. Glukosa ini tersimpan di liver dan otot. Saat melakukan kegiatan, tubuh kita memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi. Pembakaran glukosa sebagai sumber energi dalam beraktivitas tidak dapat menghabiskan seluruhnya di dalam liver, masih disisakan sebagai cadangan energi untuk melakukan fungsi lainnya di dalam liver.

Bagaimana jika batasan penggunaan glukosa sudah mentok? Disini lemak dalam tubuh kita berkontribusi sebagai sumber energi selanjutnya. Penggunaan lemak ini sangat bermanfaat dalam penurunan berat badan sekaligus penurunan kolesterol darah.

Oleh karena itu agar puasa tetap sehat dan dapat menjalankan program latihan perlu pintar juga dalam memilih menu sahur dan berbuka. Asupan makanan dan minuman yang seimbang memegang peranan yang penting selama puasa. Pilih makanan yang cukup karbohidrat dan lemak.

Jika kurang asupan ini maka tubuh mulai menggunakan protein sebagai sumber energi. Protein yang dipecah berasal dari otot sehingga otot dapat mengecil dan melemah. Tentunya bukan hal yang diinginkan bagi para pelari atau penggiat olahraga lainnya. Termasuk kamu, kan?

Cukup berarti tidak berlebih. Nasi goreng dua piring sebagai menu sahur juga bukan pilihan yang bijak. Saat puasa tahun lalu saya datang ke acara buka puasa yang mendatangkan Dr. Pauline Endang – spesialis ahli gizi – sebagai pembicara. Dr. Pauline menyarankan untuk memilih makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dan makanan yang kaya serat agar energi dalam tubuh tidak lekas habis. Jadi jangan lupa untuk memasukan sayur dan buah dalam menu sahur.

Saat berbuka kita sebaiknya makan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi. Agar dapat memaksimalkan cadangan glikogen otot.

Bagaimana dengan lemak? Makanan dengan lemak tinggi justru dapat membantu memperlambat pencernaan sehingga tubuh tidak cepat lapar dan lemas. Jadi untuk sahur kita bisa memasukan makanan yang mengandung lemak. Jadi tubuh masih memiliki cadangan energi untuk berolahraga.

Oleh karena itu makanan dengan gizi seimbang ini sangat penting agar puasa tetap sehat. Selain makanan, kita juga perlu memperhatikan asupan cairan. Minum air putih setidaknya minimal 8 gelas setiap hari atau sekitar 2500ml. Jika kurang cairan, ginjal kita bekerja lebih keras lagi. Untuk yang ingin tetap menjalankan program latihan saat puasa, bijaklah dalam mengatur menu sahur dan berbuka. Jangan lupa dengan pemilihan waktu latihan. Selamat berpuasa!

Artikel di atas diambil dari artikel bugagara.com dengan judul “Tips untuk Menjalankan Program Latihan Saat Puasa”.