Sisa-sisa air hujan masih membekas di Plered, sebuah kecamatan di Purwakarta yang terkenal sebagai penghasil keramik dan tembikar. Setelah mampir makan siang di tempat yang memiliki sate maranggi yang enak, saya dan teman-teman yang sedang menjelajah #PesonaPurwakarta mampir untuk mengintip di balik pembuatan keramik. Dari halaman depan sudah banyak hasil kerajinan yang siap di jual. Saat memasuki suatu bangunan yang menyerupai rumah, kami langsung memasuki suatu ruangan yang dipenuhi keramik-keramik yang cantik. Di balik galeri itu terdapat pabrik pembuatannya.
Proses pembuatan keramik bukan hal yang baru buat saya. Kalau diingat-ingat lagi kayanya waktu SD juga sudah pernah diajarkan bu guru waktu ada pelajaran seni rupa. Tapi tetap membuat penasaran. Saat melihat demo pembuatannya, saya yang memang anaknya mauan langsung tertarik untuk mencoba juga. Biar kaya adegan film Ghost yang diperankan Demi Moore. Sayangnya tidak ada sosok Patrick Swayze yang memeluk dari belakang.
SUSAH!
Saat nyobain sendiri ternyata lumayan susah juga. Bagaimana caranya tangan kiri memutar piringan, sedangkan tangan kanan harus membentuk dengan teliti. Harus pake perasaan banget, kalau engga ya hasilnya bleber kemana-mana. Setiap karya seni memang harus pakai rasa. Beda banget waktu liat demonya. Si bapaknya sih kaya yang sat set sat set.
Berbeda banget dengan Pak Odong. Pengrajin yang sudah puluhan tahun berada di balik piringan kayu ini. Sejak taun 70 loh! Silakan hitung sendiri barapa lama beliau menghabiskan waktunya di pabrik keramik. Walau penglihatannya sudah tidak bagus tetapi masih lancar melakuakn step demi step. Semua berdasarkan feeling. Hasilnya tetap SEMPURNA!
Pak Odong ini sudah ke terbang ke beberapa negara seperti Jepang dan Belanda untuk memeragakan pembuatan keramik ini. Pengalaman memang gak bisa bohong ya.
Tapi saya lumayan penasaran dengan kata “Plered” ini. Sebenarnya memang nama kecamatan yang menjadi pusat kerajinan keramik di Purwakarta, tetapi nama ini pasti ada asal muasalnya kan?
“Arti kata Plered ini ada berbagai macam versi. Ada yang artinya Pedati yang ditarik oleh sapi dan kuda. Dari asal kata Palered. Pada waktu itu daerah ini merupakan tempat penanam kopi yang hasilnya diangkut oleh pedati-pedati kecil yang ditarik oleh sapi dan kuda. Versi lainnya bisa juga dari istilah sunda “Ngalered”, terkait ke proses pembentukannya.” Kata bapak pemandu dengan logat sunda yang sangat kental.
Tapi proses pembuatan keramik ini bukan cuma memutar piringan dan bentuk-bentuk tanah liat, habis ini harus dikeringkan dan pembakaran. Setelah itu baru di warnai. Mumpung sudah main ke pabriknya jadi sekalian deh ngintip seluruh proses pembuatan keramik ini.
Pengolahan Bahan
Bahan untuk membuat keramik adalah tanah liat. Tanah ini sudah diolah, jadi bukan tanah hasil ngeruk langsung di cerak. Bukan yaaa!
Ibaratnya membuat roti, tanah yang dibuat untuk membuat keramik adalah tanah yang sudah kalis. Sudah melalui proses pengukuran, penyaringan, pencampuran dengan air, pengadukan, sampai pengulian. Tetapi saya tidak melihat proses ini. Pokonya sudah melihat menjadi bahan jadi siap olah.
Pembentukan
Ini proses yang seperti adegan film Ghost dan saya sudah coba sendiri. Bisa scroll lagi ke atas kalau masih penasaran. Proses pembentukan tanah liat menjadi hasil karya di atas piringan kayu yang berputar. Diputarnya oleh tangan sendiri. Ya mungkin ada yang dengan kaki atau juga mesin. Kebetulan saya berada di pabrik yang masih dengan alat dan cara tradisional. Buat saya ini lumayan susah. Jari-jemari harus luwes dan bersinergi dengan rasa.
Pengeringan
Hasil jadi dari teknik putar adalah tanah liat yang sudah terbentuk. Tetapi teksturnya masih basah. Masih rentan mengalami perubahan bentuk. Jadi harus dikeringkan supaya bisa menjadi padat dan lanjut ke proses berikutmya. Hati-hati kesenggol!
Pembakaran
Proses pembakaran ini berada di ruangan yang seeperti tungku. Prosesnya masih tradisional, yaitu dengan kayu bakar. Tetapi bukan berarti membakar langsung keramik yang sudah kering. Tetapi lebih seperti mengasapi. Suhu ruangannya dibuat menjadi panas. Ada prosesnya. Pertama dibuat 300 derajat celcius. Proses ini un tuk mengubah massa yang rapuh menjadi padat dan keras. Kemudian ditingkatkan lagi dengan bertahap dari 700-1000 derajat celcius. Proses ini sangat penting karena mengubah benda yang padat tadi menjadi benda yang kuat, keras, dan kedap air. Ini yang disebut dengan keramik. Karena tidak ada alat ukur suhu jadi semua berdasarkan feeling dan tentunya pengalaman.
Pengglasiran
Setelah menjadi benda keramik, tentunya perlu dilapisi glasir supaya menjadi lebih indah dan kedap air. Karena keramik ini merupakan benda seni yang dipakai untuk mempercantik ruangan, diluar fungsi kegunaannya. Proses pengglasiran bisa dicelup, dikuas, atau disemprot.
Prosesnya gak sesederhana tulisan ini karena memerlukan ketelitian yang tinggi. Saya sendiri sudah mencoba tapi hasilnya…
Nah teman-teman kalau mampir ke Purwakarta di pinggir jalannya banyak yang menjual hasil kerajinan ini. Silakan mampir untuk membeli beberapa atau borongan untuk oleh-oleh. Jangan sampai pas 10 tahun mendatang Plered sebagai sentra industri keramik hanya tinggal sejarah.