Ternyata begini ya rasanya kalau sudah menginjak satu tahun berlari. Bisa mengalami pengulangan di satu race yang sama dengan pengalaman dan cerita yang berbeda. Merasakan progress diri sendiri yang tanpa disadari semakin lama semakin meningkat.
Ini masalah waktu.
Ternyata jam terbang memang gak bisa bohong. Dengan kemampuan lari saya yang ala kadarnya, ternyata bisa melakukan perbaikan waktu juga.
Waktu setahun ini bukan tanpa cerita. Ada tawa, tangis, cedera, dan drama-drama lainnya.
Semakin lama semakin biasa. Mungkin ini juga yang terjadi pada kaki saya. Setahun yang lalu, setiap ikut race dan berlari di satu kilo pertama rasanya sudah mau menyerah saja. Sekarang, ya Alhamdulillah..
Tetep cape juga.
Gak mungkin gak cape. Namanya lari ya pasti cape. Tapi badan sudah bisa lebih berkompromi. Sudah bisa ngatur-ngatur pace di setiap jarak. (Gaya banget ya!)
MILO JAKARTA INTERNATIONAL 10K
Buat lomba lari 10K, event MILO Jakarta International 10K ini dianggap bergengsi. Masih diminati oleh para penggiat lari, baik yang pro maupun yang sekadar hura-hura. Event laridi Jakarta ini sudah ada sejak tahun 2004. Yang menarik dari event ini adalah medalinya terbatas hanya untuk 2000 penamat pertama.
Fitri Tasfiah, muncul di tahun 2016. Dengan bermodalkan latihan lari yang baru sebulan dan belum pernah menginjak jarak 10K, mengikuti race ini sudah luar biasa nervous-nya.
Lari 3K aja rasanya udah cape, ini lagi mau lari 10 kilo. Jarak yang sama dari rumah saya di Bekasi ke Cibubur. Pada subuh itu saya datang dengan Farrel, anak sulung yang juga saya racunin ikut lari di Milo Run ini. Tentunya dengan jarak untuk anak-anak. Sejujurnya sekalian kerja sih. Ada campaign yang harus melibatkan anak, hehe..
Di Milo Run 10K ini saya berlari dengan perut yang masih kosong, jadi kesan-kesan di race pertama ini adalah: lapar. Kecepatan diatur sedemikian rupa supaya bisa tangguh menamatkan race 10K pertama dalam hidup. Sebenarnya memang pacenya segitu-gitu aja sih. Lumayan lah, bisa finish dengan waktu 1 jam 20 menit. Lumayan..
Meskipun pulang cuma bawa baju kotor tanpa ada medali apapun di tangan. Untung hepi.
Setahun kemudian, tepatnya 2 bulan yang lalu, saya kembali mengikuti MILO Run ini. dengan jarak yang sama ternyata bisa memperbaiki waktu. Dari 1 jam 20 menit ke 1 jam 5 menit. Dari yang tahun lalu gak dapat medali, sekarang bisa dapat medali limited editon untuk 2000 penamat pertama.
Ahh.. terharuuu!
TITAN RUN
Titan Run adalah event lari pertama yang saya jalani selain di Jakarta. Kebetulan lokasinya di Tangsel, tepatnya di Alam Sutera.
Titan Run 2016 adalah race serius kedua saya. Kenapa serius?
Karena ini pertama kalinya saya menguji kemampuan dengan berlari 10K tanpa berhenti (Kecuali saat minum di Water Station). Race ini menjadi salah satu persiapan menghadapi Half Marathon pertama di Maybank Bali Marathon, yang diselenggarakan pada bulan yang sama.
Behasil sih.
Tapi waktu finish saya di 10K saya gak ada perubahan dari Milo 10K yang berlangsung 2 minggu sebelumnya. Kalau dipikir-pikir sih lumayan lama, hahaha..
Tapi waktu itu mah bangga-bangga aja. Seneng bisa lari 10K beneran pada akhirnya ya…
Langkahnya bener-bener diirit-irit biar gak ngos-ngosan. Ya tapi tetep ngos-ngosan juga!
Di Titan Run tahun ini ceritanya mau upgrade jarak. Kalau tahun sebelumnya mentalnya cuma buat 10K, tahun ini mencoba di jarak 17,8K. Jarak ini memang unik karena memang untuk menyambut hari kemerdekaan RI di tanggal 17 bulan 8.
Tadinya mau turun ke 10K karena hanya beda seminggu dengan Pocari Run yang di Bandung. Di Pocari Run saya mengambil jarak 21K. Lumayan cape juga karena kurang isturahat. Dari Bali langsung ke Bandung demi bisa lari di event lari yang katanya mesti dicoba ini.
Karena sudah nanggung daftar dan gak ngejar PB juga, akhirnya tetap memilih jarak 17,8K. Benar-benar lari untuk recovery. Menikmati jarak demi jarak tanpa membuat target waktu yang bikin sakit kepala dan sakit hati.
Lari di Titan Run tahun ini ternyata masih seru seperti tahun sebelumnya. Habis lari bisa kulineran sekenyangnya dan gratis.
Sayangnya sempet ada drama mules pas mau start. Penyakit saya banget nih kalau mau race.
Malemnya habis makan mie instant pakai cabe rawit. Alhasil pas sampai venue langsung lari-lari nyari toilet. Mana start tinggal 10 menit lagi. Udah telat, pup pula!
Untungnya saya bisa finish tanpa kendor-kendor banget waktunya. Dibanding tahun lalu sih ini udah Alhamdulillah banget!
MAYBANK BALI MARATHON (MBM)
Kata teman-teman senior di dunia lelarian, MBM ini adalah lebarannya para pelari. Mau serius ataupun cuma wisata yang penting ikutan lari. Tapi bener sih. Saya melihat banyak wajah-wajah famous di dunia lelarian turun di event ini. Ya sebagian memang sudah ada sponsor yang daftarin sih. Enak ya..
Buat saya MBM 2016 menjadi sejarah dalam hidup. Pertama kali saya menginjak jarak 21K dan proses dari gak pernah lari ke event ini hanya berselang 2 bulan. Latihan fokusnya ya 3 minggu sebelum hari H. Bayangkanlah!
Gak heran kalau akhirnya lutut saya sampai sengklek karena persiapan yang kejar tayang ini. Tapi masih lumayan bangga karena virgin HM saya di track yang luar biasa menantang ini masih di bawah 3 jam.
Banyak drama yang dialami saat mengikuti virgin HM di MBM ini, salah satunya ya kebelet pup. Namanya juga masih newbie-super-newbie. Karena nervous, jadi sebelum lari saya minum air putih lumayan banyak. Hasilnya ya jadi kebelet pipis pas mau start.
Karena tidak tersalurkan akhirnya jadi kebelet pup. Repot juga kan pas lari nanya-nanya toilet ke penduduk setempat buat bisa dinumpangin setoran. Untung gak kebelet yang lain kan!
Dalam keadaan kaki yang sengklek dan track di Bali yang hilly, HM pertama saya lumayan terasa berat. Belum lagi Bali kan panasnya cantik banget. Target di bawah 3 jam jugaTapi untungnya mental mamak-mamak Bekasi ini ternyata lumayan tangguh. Niat bisa sampai finish begitu kuat, jadi pada akhirnya waktu finish sesuai yang ditargetkan.
MBM tahun ini lain cerita. Lebih gak niat.
Mentang-mentang bukan HM pertama, jadi persiapan gak mateng-mateng banget. Gak punya persiapan khusus. Latihan juga seadanya. Malahan sempet break seminggu lebih.
Dibanding carbo-loading, saya malah berburu gelato.
Mental juga udah gak segugup yang pertama. Malahan terlalu santai.
Karena memang gak membuat target apa-apa di MBM tahun ini. Saya sadar jalur di Bali ini banyak naik turunnya, jadi merasa sia-sia kalau mengejar PB (Personal Best). Ya minimal bisa sub 2 jam 30 menit. Supaya gak terlalu merosot banget bedanya dengan HM di Pocari Run.
Ternyata memang benar. Tanjakan MBM tahun ini masih bikin betis menjerit.
Berusaha santai tapi ya cape juga. Untungnya dari KM 14 jalurnya sudah bersahabat. Sampai finish lancar banget tanpa kendala apa-apa.
Kebetulan waktunya masih sama dengan HM di Pocari Run, yaitu 2 jam 20 detik. Padahal lari HM di Bali lebih menantang dibanding saat di Bandung sebulan sebelumnya.
Memang benar kata orang-orang: Jam terbang gak bisa bohong.
Semakin sering berlari maka tubuh kita juga semakin biasa. Ini yang mahal dan tidak bisa dibeli. Yang ingin saya pertahankan sekarang adalah tetap bisa menikmati lari.
Berlari bukan maslaah tujuan, tetapi bagaimana menjalani prosesnya. Dibanding terlalu obsesi trus nantinya cape sendiri dan jadi jenuh. Ya.. kan bukan atlet juga. Umur juga udah gak muda-muda banget.
Semoga masih bisa menikmati perjalanan berlari sampai tahun-tahun ke depannya. Tambah pengalaman, tambah cerita. Sangat-sangat menyenangkan!