Air Mancur Sri Baduga Menambah Pesona Purwakarta

IMG-20170219-WA0001
Foto dari Wira Nurmansyah

Malam yang terang dengan lampu-lampu yang bergantungan di bawah langit Purwakarta. Ditambah lagi gerobak-gerobak yang menyuguhkan aneka jajanan di pinggir jalan. Orang-orang berlalu lalang sambil menikmati makanan kecil yang dibelinya dan sibuk melakukan swafoto.

Keramaian kota ini sudah lama tidak terasa semenjak lahirnya Tol Cipularang. Biasanya kota ini dijadikan tempat singgah untuk beristirahat tetapi sudah tergantikan dengan rest area yang berdiri di sisi tol. Pada Sabtu malam di tanggal 20 Februari kemarin kota ini tidak seperti biasanya. Begitu padat, cantik, dan hidup. Malam ini menjadi salah satu sejarah untuk Purwakarta karena air mancur yang digadang-gadang terbesar se-Asia Tenggara resmi diluncurkan.

Saat mendapat undangan untuk menghadiri peresmian Air Mancur Sri Baduga senangnya luar biasa. Apalagi ternyata banyak tempat baru di Kabupaten Purwakarta yang menarik untuk dikunjungi. Air mancur yang terletak di tengah kota ini dibuat di sebuah danau yang dinamakan Situ Buleud yang sudah lama ada. Saya dan beberapa teman blogger lain yang diundang oleh Kementrian Pariwisata datang bersama-sama dengan antusias yang sangat tinggi. Antusias untuk pamer salah satunya. Uhuk!

IMG-20170310-WA0011
Menteri Pariwisata Arif Yahya dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat meresmikan pembukaan Air Mancur Sri Baduga

Rasa antusias ini bukan hanya milik kami, tetapi juga semua warga baik berasal dari Kabupaten Purwakarta maupun dari luar daerah. Karena sangat banyak peminatnya, untuk masuk ke area air mancur sangat sulit. Terdapat dua pintu untuk masuk. Pintu 1 untuk para warga dan pintu 2 untuk undangan dan media. Karena pintu 1 sudah sulit untuk dimasuki maka para warga yang tidak mau melewatkan pertunjukan air mancur akhirnya mengantri di pintu 2.

DI SAAT SUDAH DI DEPAN PINTU TAPI TIDAK BISA MASUK

Saya sendiri tidak bisa menghitung berapa banyak warga yang hadir, yang jelas posisi saya dan teman-teman sudah tidak bisa bergerak. Saya melihat banyak teman-teman wartawan yang mencoba masuk tapi menjadi beku karena pintu 2 yang sudah ditutup. Yang kami lakukan hanya ‘menyelamatkan kamera’. Saya yang beli kamera aja harus mencicil berusaha menyelamatkan kamera mirrorless dengan mengangkatnya ke atas. Takut rusaaaaak!

20170218_194534-01
Warga yang berdatangan mendekati Situ Buleud untuk menyaksikan Air Mancur Sri Baduga

Di saat tubuh yang terhimpit ribuan manusia dan tangan ke atas dengan memegang kamera, saya melihat wartawan dari media besar juga bersusah payah untuk mengangkat kameranya yang jauh lebih mahal. Duh, jadi malu sendiri.

Apalah saya ini!

Apalah kamera saya ini!

Posisi saya sudah dua baris dari pintu gerbang, tetapi tidak bisa masuk karena pintu gerbang tertutup rapat. Beruntung di depan saya adalah Ivan Loviano, badannya yang lebih besar membuat saya terasa aman. Pokoknya saya mepet ke dia aja biar gak kesikut-sikut orang. Saya, Ivan, Adis, Wira, Mamah Wiwiek, dan staf Kemenpar membentuk satu barusan supaya tidak terpencar. Kalau masalah sepatu keinjak orang sih udah lemesin aja shay…

IMG-20170310-WA0010
Sementara itu para pengunjung sedang dihibur oleh tarian kolosal Siliwangi Gugat yang memesona

Saya juga maklum kami sebagai undangan tidak bisa masuk karena antrian warga yang mencoba masuk di pintu ini juga sudah sangat panjang dan padat. Takutnya banyak warga yang dorong-mendorong dan terjadi hal yang tidak diinginkan. Saya tanya ke ibu-ibu di sebelah saya mengapa terus bertahan di antrian untuk bisa masuk, jawabnya:

“Namanya juga penasaran. Mau liat air mancurnya.”

Ya… saya juga sih. Yasudah kita sama-sama antri aja deh yuk bu!

Saat berada dalam jebakan kepadatan, tiba-tiba suara air mancur terdengar. Yah… terlewat!

Sedih banget gak bisa melihat air mancurnya padahal tujuan utamanya adalah melihatnya secara langsung. Kecewa tapi mencoba ‘sok-sokan’ pasrah. Sampai akhirnya mendapat kabar…

Ada sesi selanjutnya!

AKHIRNYA LIHAT AIR MANCUR SRI BADUGA!

Terharuuuu…

Setelah panas, pengap, air mata, dan keringat akhirnya bisa melihat air mancur kebanggaan Jawa Barat khususnya Kabupaten Purwakarta. Bukan hanya warga sana yang bangga, saya yang juga dari Bekasi juga bangga. Ini menjadi salah satu kebanggan Indonesia.

Air mancur rancangan Hery Sugihardi yang merupakan putra asli Purwakarta ini memang sangat cantik dan elegan. Semburan air yang menari, musik, dan cahaya warna-warni menjadi satu harmoni. Air-air menari setinggi 2 meter dalam gradasi merah, biru, kuning, hijau, dan ungu membuat seluruh pengunjung bersorai. GAK SIA-SIA KEMARI!

Penasaran juga?

Mampir aja ke Purwakarta. Lewat tol dari Jakarta hanya 2 jam kalau lancar. Kalau mau melihat-lihat taman air mancurnya bisa datang hari apa saja. Tetapi jika ingin melihat atraksi air mancur sesuai yang saya visualisasikan datangnya hari sabtu ya! Dibuka dari jam 19.30-20-30 WIB. Gratis kok!

Transformasi Eceng Gondok untuk Menyelamatkan Rawa Pening

DSC01325_1-02

Pagi menjelang siang cuaca yang cukup tidak teduh tapi juga tidak terlalu terik karena angin sedang menari-nari di Rawa Pening. Mata sedikit mengantuk karena untuk perjalanan ke Semarang saya sudah harus bangun pukul 2.30 pagi hari. Harapan saya bisa tidur di pesawat, tapi realitanya malah nonton film.

Rawa Pening, rawa yang gak bikin pening. Menyajikan panorama yang asik diliat. Meskipun hanya sebuah danau tapi latar gunungnya itu yang bikin betah mata. Berada di Kabupaten Semarang, danau di tengah daratan ini luasanya mencapai 2.070 hektar. Berdiri di atas jembatan yang bergantung di atas danau membuat netizen seperti saya gak sanggup kalau gak ambil foto buat diunggah di Instagram. Rawa pening ini memang cantik, berada di antara kaki Gunung Merbabu, Gunung Relemoyo, dan Gunung Ungaran.

20170302_103019(0)-01
Jangan lupa follow akun Instagram @fitritash ya!

Tepatnya hari kamis pertama di bulan Maret, Saya bersama teman-teman dari #Sidopiknik berkesempatan melihat Rawa Pening ini. Saat kami sampai dan berdiri di tepi danau sudah dapat melihat banyak tanaman eceng gondok, kira-kira sebanyak 1.800 hektar. Bukan saya yang menghitung, tapi Pak Irwan Hidayat sebagai direktur PT. Sido Muncul Tbk yang menjelaskan.

DSC01322

Selain eceng gondok dan perahu, ada juga mesin pengeruk yang berdiri di permukaan airnya. Mesin-mesin tersebut untuk mencabut tanaman eceng gondok dari danau.

Loh apa salah eceng gondok sampai harus dicabut?

Ternyata eceng gondok ini menghambat jalur perahu yang melintas di sekitar danau dan tentunya menghambat para nelayan juga untuk mencari ikan. Eceng gondok (Eichornia Craaipes) adalah tumbuhan air yang hidup mengapung dan memiliki kecepatan tumbuh tinggi. Bayangkan saja, 1 batang eceng gondok bisa bertambah pertumbuhannya seluas 1m2 hanya dalam waktu 23 hari. Ini yang menyebabkan proses sedimentasi di Rawa Pening.

Kedalaman air di Rawa pening sekarang sekitar 5-7 meter, padahal waktu tahun 1995 bisa mencapai 15 meter. Populasi ikan pun berkurang. Ini sebabnya eceng gondok ini mesti diangkat. Eceng gondok yang sebenarnya banyak manfaatnya menjadi tanaman yang lagi menjadi pusat perhatian karena meresahkan. Sad!

20170302_100937-01

Berdasarkan kekawatiran ini akhirnya Sido Muncul Tbk, yang lokasi pabriknya tidak jauh dari Rawa Pening mulai berpikir untuk mengubah eceng gondok menjadi briket bahan bakar berbentuk wood pellet yang memiliki value lebih, bukan dikenal sebagai penghambat dan limbah domestik semata. Setelah melalui proses penelitan akhirnya ditemukan pemanfaatan eceng gondok sebagai sumber bahan bakar baru.

ECENG GONDOK MENJADI SUMBER BAHAN BAKAR BARU

Setelah berjalan-jalan di Rawa Pening, akhirnya kami melanjutkan perjalanan untuk mampir ke pabrik Sidomuncul untuk melihat pengolahan eceng gondok menjadi sumber bahan bakar baru. Tidak disangka ternyata ada kawasan pabrik ini bisa dijadikan tempat berwisata juga. Banyak pepohonan yang ridang dan juga terdapat air mancur buatan. Bahkan kita bisa melihat harimau-harimau Sumatra di dalam kawasannya.

IMG-20170302-WA0018
#Sidopiknik babes on fire!

Sido Muncul memproduksi wood pellet sejak januari 2015 yang berbahan dasar ‘ampas’ limbah padat jamu dan hasil wood pellet ini dipakai untuk bahan bakar boiler proses prosduksi jamu. Penggunaaan bahan bakar untuk proses produksi saat ini 50% dari wood pellet dan 50% lainnya dengan gas.

Setelah masuk ke dalam pabrik langsung tercium aroma jamu. Satu per satu peserta piknik yang merupakan influencer dan pembuat konten diberi masker. Standar masuk ke kawasan produksi. Kami ditunjukkan bagaimana proses pengubahan eceng gondok menjadi briket bahan bakar. Tahap awal pengolahan tanaman eceng gondok ini adalah pencahahan. Proses ininuntuk mempermudah proses pengeringan. Bagian dari eceng gondok yang diubah menjadi briket bahan bakar adalah keseluruhan bagian, dari mulai daun hingga batang.

20170302_111118-01
Eceng gondok yang baru dicacah sebelum diekstraksi

Setelah itu lalu diekstraksi, mengubah dari bentuk tanaman basah perlu dikeringkan untuk mengurangi kadar airnya. Kadar air eceng gonsok segar rata-rata sekitar 30-40%. Proses pengeringan perlu dilakukan hingga kadar airnya maksimum 10%.

Tahap selanjutnya adalah penguapan. Setelah diuap, bahan baku ini dipanaskan hingga 100 derajat celcius, kemudian di-vacuum sampai ke suhu -0,8 dan akhirnya ke suhu lebih rendah, yaitu -0,7. Setelah itu tidak ada lagi eceng gondok yang dianggap gulma, tetapi briket bahan bakar berbentuk pellet yang memiliki nilai jual yang menggiurkan.

DSC01333
Eceng gondok yang sudah berubah bentuk menjadi wood pellet

Sumber bahan bakar ini bisa untuk sebagai bahan bakar industri hingga rumahan. Kalau kata Direktur Sidomuncul Tbk, Pak Irwan Hidayat: “Wood pellet yang bernilai 1.100 (Sudah termasuk proses dengan mesin) saat dieksport bisa menjadi 1.600. Sekilo wood pellet bisa senilai 200.”. Saat itu saya masih belum terbayang satu kilo itu terdapat berapa banyak wood pellet.

DSC01365-01
Inilah eceng gondok yang sudah berubah menjadi sumber bahan bakar baru berupa wood pellet!

Balik lagi ke Rawa Pening ya…

Jadi kalau eceng gondok ini diolah lebih ‘smart’, sebenarnya  dapat mengubah value yang jauh jauh jauuh lebih tinggi. Dan yang penting Rawa Pening bisa dieksplor lebih baik lagi menjadi wisata baru yang menjanjikan.

Tapi..

Kendala tetap ada wahai pemirsa. Pertumbuhan eceng gondok lebih cepat dari proses pengangkatan eceng gondoknya. Jadi ya membutuhkan alat dan mesin yang lebih banyak lagi juga. Harapannya sih banyak investor yang mulai melirik. Kamu mau join?

Kalau mau lihat video singkat tentang “Kisah Eceng Gondok di Rawa Pening” dari Motulz Anto silakan klik di bawah ya!

Inilah Wajah Baru Purwakarta yang Wajib Kamu Kunjungi!

“Memang Purwakarta bagus ya, Fit?”

Pertanyaan banyak teman setelah melihat banyak postingan #PesonaPurwakarta di media sosial. Saya juga dulu masih berpikiran yang “Emang di sana ada apa ya? Tempat wisata yang cukup dikenal adalah Waduk Jati Luhur. Naik perahu untuk merasakan menyantap ayam goreng dan sambal dadakan di tengah rumah makan yang mengapung di atas air. Lalu selain itu?

Saat keluar dari pintu tol Sadang, saya melihat daerah yang dahulu masih dalam bagian Karawang ini tidak banyak yang terasa berubah. Cara menikmati perjalanan masih dengan skrol-skrol Twitter dan Instagram. Sesekali membahagiakan lidah dan perut dengan snack yang dibeli di Rest Area KM 19. Sampai kemudian saya melihat banyak patung-patung yang berjejer di pinggir jalan.

Purwakarta sekarang dikenal dengan kota seribu patung. Kota yang dulu saya anggap biasa sekarang lebih artistik. Ditambah lampu-lampu jalan dengan nuansa heritage. Belum lagi lampion-lampion yang terurai di atas menambah kecantikan kota ini.

Kota yang nyaman adalah kota yang ramah untuk para pejalan kaki. Sore adalah waktu terbaik untuk berjalan kaki menikmati taman. Dari mulai Taman Maya Datar yang terdapat banyak gazebo dan bangku taman untuk duduk-duduk santai. Taman ini saya akui salah satu taman yang cantik dengan hiasan air mancur dan jembatan kecilnya.

Taman Maya Datar adalah alun-alun kota yang juga dibuka untuk masyarakat luas untuk berekreasi

Dengan berjalan kaki kita bisa sampai ke Kawasan Taman Situ Buleud. Kalau sore banyak warga yang berlari mengelilingi area luar taman ini. Tidak hanya lari, ada juga yang bersepeda hingga bermain skateboard.

Sore hari sekitar luar Taman Air Sribaduga dipakai untuk berlari

Perjalanan tiga hari saya kemarin merobohkan anggapan bahwa Purwakarta ini ‘biasa aja’. Salah banget kalau ada yang masih menganggap kota ini terbelakang. Di bawah ini tempat-tempat di Purwakarta yang lumayan kekinian dan kamu harus mampir:

TAMAN AIR MANCUR SRI BADUGA

Sebagian dari kita banyak yang tahu. Saat upacara peresmiannya saja ramai di beberapa media, bahkan tayang live di stasiun TV juga. Antusias masyarakat sangat tinggi untuk menyaksikan air mancur yang disebut terbesar se-Asia Tenggara. Bahkan banyak yang dari luar daerah sengaja ke Kota ini hanya untuk sekadar menebus rasa penasaran. Termasuk saya.

Air Mancur ini berdiri di Kawasan Wisata Situ Buleud. Kalau mau melihat pertunjukkan air mancurnya jangan pas hari kerja ya! Karena hanya dibuka di hari sabtu dan dibuat 3 sesi. Beneran deh, air mancurnya keren banget! Mungkin menjadi ikon baru kota ini. Bukan hanya air mancur yang biasa ada di taman-taman kota atau halaman depan gedung, tetapi ini berupa semburan air yang menari dengan iringan lagu dan cahaya laser warna-warni. Bukan air mancur mini tetapi berada di area seluas kurang lebih 1.8 hektar. Disekelilingnya terdapat bangku yang memuat sekitar lima ribu penonton. Gak heran kalau semua orang berebut untuk bisa menyaksikan pertunjukan ini. Oiya, pertunjukan ini GRATIS!

MUSEUM BALE PANYAWANGAN DIORAMA

Tolong jangan tutup page ini gara-gara saya menyebut museum!

Kalau kamu menganggap museum itu membosankan mungkin harus diingat-ingat lagi kapan terakhir kali mampir? Sekarang banyak museum dengan suguhan teknologi, termasuk Museum Bale Panyawangan Purwakarta. Saat baru masuk sudah disuguhkan buku interaktif yang menceritakan tentang sejarah tatar sunda. Kalau kamu malas membaca jangan kawatir, ada sajian berupa audio juga. Jadi untuk anak-anak atau orang dewasa yang agak malas membaca tetap mendapatkan cerita berupa suara dan didukung oleh gambar tersedia sebagai pendukung cerita.

Kita juga bisa jalan-jalan keliling Purwakarta secara virtual dengan mengayuh sepeda. Dilengkapi dengan layar lebar sebagai visualisasi kota ini. Dengan mengayuh sepeda ontel yang statis ini, pengunjung seakan-akan sedang bersepeda di jalanan Kota Purwakarta.

Naik Sepeda Ontel Keliling Purwakarta
Foto virtual dengan Bapak Bupati bisa langsung print!

Lumayan banyak informasi tentang Purwakarta, misalnya foto-foto Purwakarta tempo dulu. Jika tadi di atas saya menggambarkan Taman Air Mancur Sribaduga, di sini saya justru melihat penampakan taman ini saat masih sebuah danau. Tinggal klak klik layar dan gambar pun muncul. Masa yang gini dibilang kuno?

GALERI WAYANG

Sebauh museum tetapi disajikan dalam bentuk galeri. Tidak ada kaca-kaca yang membatasi pengunjung dan objek. Pengunjung dapat bebas meraba karya seni di dalam Galeri Wayang ini.

Kalau mau masuk ke sini, kamu memasuki kawasan Taman Maya Datar. Jujur aja, saya yang sebagai orang Bekasi lumayan iri di Purwakarta terdapat taman yang bagus banget dan bersih. Yang membuat lumayan terkejut ternyata masih di dalam komplek Pendopo Pemerintah Kabupaten Purwakarta.

Saat memasuki galeri yang memiliki komsep hitam putih, pengunjung dapat melihat aneka wayang di Indonesia. Wayang Golek, Wayang Kulit, Wayang Klitik, Wayang Wong, Wayang Betawi, dan jenis wayang lainnya tersusun cantik dan siap untuk menjadi objek foto pengunjung. Bukan hanya itu, pengunjung dapat melihat dan meraba sendiri relief kayu.

Sentuh langsung objek seninya bukan pelanggaran

 

Pilih sendiri cerita yang kamu inginkan!

Sebagai museum yang eksis di tahun 2017 tentunya sudah dilengkapi sajian layar interaktif. Ada pilihan cerita Ramayana dan Mahabrata. Di layar akan menggambarkan cerita yang kita inginkan. Namanya juga Galeri wayang, jadi penggambarannya berbentuk atraksi wayang. Menarik sih!

RESORT GILI TIRTA KAHURIPAN

Awalnya yang ada dalam bayangan saya adalah hanya sebuah taman dengan aneka buah dan bisa kita makan. Soalnya ada patung berbentuk durian dan manggis. Memang benar sih, tapi sayangnya saat saya ke sana tidak sedang dalam musim durian. Ya saya juga gak makan juga sebenernya. Baru mencium aromanya saja bisa muntah, ehehe..

Ternyata ada kolam renangnya juga. Biasanya kolam renang di kawasan seperti ini biasa banget. Agak kotor dan bentuk yang biasa aja. Ekspetasi saya memang sengaja diset tidak ketinggian. Biar cita-cita aja yang tinggi.

“Eh kok bagus!”

Cinta pada pandangan poertama. Airnya biru muda dengan background langit menjadikan tempat ini sungguh instagramable. Apalagi Berada di kawasan bukit dan kita seakan-akan berada di ujungnya. Tapi saya sarankan jangan ke sini sendirian. GAK ADA YANG MOTOIN!

BUKIT PANENJOAN

Sekilas tempat ini hanya wisata alam biasa. Saat memasuki kawasan ini terlihat sebuah perkebunan teh. Menyenangkan sih dapat menghirup aroma teh di suatu ruang hijau. Tapi sebagai anak (yang mengaku) muda merasa tidak ada yang terlalu istimewa.

Sampai akhirnya saya dan teman-teman berjalan lebih jauh lagi. Lupa menghitung berapa jaraknya karena kami sibuk menikmati pemandangan sambil dipandu oleh bapak lurahnya langsung. (Fyi, Pak Lurahnya masih muda dan ganteng loh!)

Sampai kita menginjak jembatan yang terbuat dari kayu dan bambu. Saya masih bingung menyebutnya apa ya. Karena jalur ini dibuat di atas kawasan kebun teh ini tetapi menapak lebih tinggi karena dibuat jalur yang seakan-akan menjadi jembatan.

Ada spot andalan untuk berfoto. Membuat kita seakan-akan berada di atas ketinggian dengan layar langit. Di bawahnya pemandangan hijau bukit-bukit yang berada di sekitar itu. Cocok deh buat posting di Instagram!

Gak heran kalau tempat ini lumayan lebih dikenal karena postingan di Instagram. Padahal dibuatnya belum lama. Atas inisiatif anak-anak muda di wilayah itu. Mereka menginginkan tempat ini memiliki bantak spot untuk foto. Sekarang sudah lumayan banyak pengunjung. Bahkan dibatasi hanya 40 orang saja. Buat mengurangi resiko kelebihan kapasitas. Jadi kalau kamu ke sini ajak teman-teman atau keluarga dan puas-puasin memperbanyak stok foto. Waktunya dibatasi hanya 20 menit. Semoga dengan postingan ini di sini bisa dibaca dan dikunjungi lebih banyak lagi ya!

Sebenarnya masih banyak lagi tempat-tempat Purwakarta yang wajib kamu kunjungi. Saya juga mengunjungi tempat pembuatan keramik Plered waktu menjelajah kota ini. Tapi highlight kekinian saya persembahkan untuk tempat-tempat di atas. Biar menambah kesan kekinian jangan lupa mampir ke Stasiun Kopi. Memang berada dekat dengan stasiun. Ada bebarapa menu yang dijadikan teman sore kamu.

Makasih banyak buat Kementrian Pariwisata yang mengajak saya untuk melihat Purwakarta sebagai bagian dari #PesonaIndonesia. Buat teman-teman yang jadi penasaran dengan wajah Purwakarta masa kini, silakan mampir!

Memuji Keindahan Bukit Merese dengan Meditasi

Akhir bulan di tahun yang telah berlalu lagi gemas-gemasnya dengan salah satu grup wa masalah pelecehan agama. Seakan-akan kita langsung dipaksa terpecah karena memiliki pendapat yang beda. Malahan saya secara tidak langsung dianggap kaum yang munafik karena tidak mendukung agama yang saya anut.

Makin bingung karena saya jelas-jelas mengatakan tidak mau ikut berkomentar dan berusaha tidak memihak siapapun karena kurang paham. Masa sya dipaksa untuk berkubu pada hal yang saya sendiri kurang mengerti. Masalahnya jadi merembet kemana-mana. Ditambah info-info hoax yang menjadi bensin pada api yang sedang berkobar. Makin kusut.

Untungnya semua kekusutan lumer dari kepala saya saat saya menginjak Bukit Merese awal Desember. Berdiri di bukit yang terbentang di atas gradasi hijau dan biru dari air laut. Sore yang tidak terlalu cerah tetapi tetap menampakkan kecantikan semesta.

Bukit Merese tinggal di area Pantai Tanjung Aan. Setelah menjalani lari di Mataram dan mampir ke Desa Sade akhirnya saya mampir ke sini dulu sebelum ke hotel yang akan disinggahi di hari terakhir.

“Beautiful!”

Pujian pertama kepada tempat ini. Untuk mencapai bukit perlu menapaki tanah lembab karena sisa hujan. baru beberapa langkah udah “Whoaaaaaa….” setelah memandang sekumpulan kerbau yang sedang bermain di bukit. Posisinya masih jauh sih. Tapi berasa di New Zealand. Well.. saya juga belum pernah ke sana juga sih.

Eh, kerbau ngapain ya biasanya di bukit? Main? Makan?

Tik. Tok. Tik. Tok.

Sampai akhirnya menginjak tempat tertinggi bukit. Ya ampun kaya surga. Biarpun (lagi-lagi) saya juga belum pernah ke surga. Tapi tempat ini memang cantik.

Hening dan hanya suara ombak yang riuh. Saya berbisik pada Tuhan untuk menghentikan putaran waktu. Saya mau lebih lama di tempat ini.

MEDITASI CARA TERINDAH UNTUK MENYAPA ALAM

Bagi saya ini tempat yang sangat mahal. Mengajak untuk tidak banyak berpikir dan seolah-olah resah tidak diijinkan masuk ke sini. Saat di sini sayang sekali jika tidak menyempatkan memejamkan mata untuk meditasi.

Meditasi. Memejamkan mata dan merasakan serapan panca indera dengan sadar. Melepaskan segala beban dipikiran untuk mengontrol segala atribut-atribut pikiran. Saat memejam maka saya lebih mudah untuk menyadari bahwa saya memang benar-benar bernapas. Hal sesederhana itu bahkan seringkali diabaikan.

Wahai semesta yang begitu pandai membuat saya jatuh cinta

Pencipta sepertinya sedang dalam suasana senang saat melukismu

Izinkan saya yang kecil ini menyapa dalam hening

Tetaplah menjadi indah

Indah bukan hanya karena saya menyukai tarian ombak dalam bentangan gradasi hijau biru

Indah bukan  hanya karena saya menyukai warna langit yang seksi di sore hari

Indah bukan hanya karena bentangan rumput yang masih segar

Kalian indah karena kalian berdampingan

Percayalah..

Meditasi dan asana memang dua hal yang membantu saya untuk tetap waras di dunia yang bising ini. Kalau biasanya saya bersyukur bisa yoga di rumah atau dalam studio, saat di bukit ini saya melipatkan rasa syukur karena “bonus akhir tahun” ini dari Sang Pemilik. Di tempat seindah ini.

 

Saat saya sedang berdiskusi dengan suara ombak, tiba-tiba tetesan air menyentuh wajah. Rupanya langit belum puas menuangkan hujan di siang hari. Mungkin juga ingin mengingatkan saya untuk ingat pulang.

Saat menuju dasar bukit dan kembali ke pantai, di tengah perjalanan kembali bertemu dengan kumpulan kerbau yang juga ingin turun. Saya mencoba berlari untuk mendekat supaya bisa menambah koleksi foto untuk Instagram. Saat mendekat ada satu wajah yang rupanya kurang suka dengan kehadiran saya.

Gerakannya seperti mengambil ancang-ancang menyeruduk.

LARIIIIIIIIIIIIII!

Lari Pagi di Kuta Banyak Untungnya

DSC_0235_1

Lari biar sehat?

Saya lari biar ngirit. Begitulah yang terjadi saat akhir pekan kemarin di Bali. Sengaja membawa running gear agar dapat menikmati pagi di sekitar Seminyak dan pantai Kuta tanpa harus membayar ongkos taksi. Tentu saja sehat itu bonus. Eh, atau kebalik?

Sehari sebelumnya saya harus mendekam di balik selimut kamar hotel karena fisik yang kurang bagus. Kepala agak berat dan suara parau karena sedang terkena flu. Malam sebelumnya masih ikut Birthday Run Yuli di sekitar FX dengan badan yang tidak terlalu fit.

Birthday Run Ibu Yuli di FX beberapa jam sebelum berangkat ke Bali
Ikut Birthday Run Ibu Yuli di FX  sebelum berangkat ke Bali

Saya mendarat di Bali sekitar pukul 14.30 WITA dan langsung segera ke Hotel Fave Sunset di Seminyak. Karena memang hanya sendiri jadi memang mencari hotel yang murah tetapi lumayan ramai. Iya, saya penakut. Hotel yang memberikan sensasi seperti di kamar kosan. Karena setiap suara yang keluar masuk dari kamar sebelah pun terdengar. Tapi fasilitas lumayan oke. Tempatnya bersih, ada water heater, dan service room untuk makanan. Di lobby ada Circle K yang kalau mau beli makanan atau minuman tinggal turun ke bawah. Bisa juga menikmati mocktail atau kopi di pinggir kolam renang.

DSC_0242-01

Maaf jadi melebar ke hotel. Balik lagi ke lari. Pada sabtu paginya saya menilik ke arah jendela, tampak hanis hujan. Sepertinya saat yang bagus untuk berlari. Sedikit stretching agar badan enak untuk diajak lari. Apalagi kondisi badan sedang kurang oke.

Morning stretching before running
Morning stretching before running

Saya nyalakan dua aplikasi, yaitu Nike + dan Google Maps. Untuk orang yang tidak hapal jalan ini sangat penting. Saya arahkan ke Pantai Kuta. Minimal mandatory foto dengan background pantai tercapai. Jalan agak basah karena sisa hujan tidak menyurutkan semangat saya untuk sampai pantai. Saya berlari di trotar, terkadang harus melambatkan  dan agak keluar trotoar karena ada….

Anjing.

Saya lumayan takut anjing. Trauma karena waktu kecil beberapa kali dikejar anjing. Dan sepanjang jalan saya harus beberapa kali bertemu hewan ini. Saya tau anjing hewan yang ramah, apalagi di Bali. Tapi ya namanya juga sudah penakut mau diapain lagi. Tapi saya sangat suka saat berpapasan dengan orang di jalan. Masyarakat setempat sangat ramah. Setiap berpapasan mereka menyapa “Selamat Pagi!”. Jarang sekali ditemui di tempat saya tinggal. Hehe..

_20160720_121116(1)
Dari app Nike+ diketahui pembakaran kalori sebanyak 498cal

Dengan berlari kita bisa berkeringat dan irit ongkos. Lumayan ongkos taksinya bisa dipakai untuk uang makan siang. Duh, maaf saya memang perhitungan. Tapi ada lagi manfaat yang didapat kalau kita jalan-jalan pagi di Kuta dengan berlari: Banyak bule cakep dengan badan oke yang pada lari. Tapi gak sempat saya foto. maaf.

DSC_0237-02
Istirahat sejenak sambil stretching di pantai Kuta

Selain pemandangan pantai yang indah kita juga bisa menikmati pemandangan bule yang berkeringat. Tapi ya memang gak sempet difoto sih. Saya yakin kamu yang baca tulisan ini juga sudah sering liat kalau lagi ke Bali. Ya, kan?

Tapi pagi itu memang tidak terlalu cerah. Saat berlari dari pantai Kuta menuju hotel ditemani oleh gerimis. Untung baru gerimis ya. Kalau sudah begini berlari harus lebih hati-hati karena rawan tergelincir. Atau pilih-pilih jalan yang gak becek. Ingat, sepatunya mahal. (Gak gini juga sih, kak!)

Banyak yang bertanya kenapa saya bisa foto diri sendiri padahal larinya sendiri? Kan bisa minta tolong. Pas di Kuta saya meminta bapak yang mmebersihkan pantai untuk mengambil gambar. Jadi, manfaat lainnya kalau kita lari sendiri di Bali adalah: Lebih akrab dengan orang baru.

Foto dengan background pantai adalah mandatory kalau ke Bali
Foto dengan background pantai adalah mandatory kalau ke Bali

Ini baru di Kuta, apalagi di tempat-tempat lainnya yang pantai nya lebih indah. Pasti lebih asik lagi. Kalau bisa sama teman sih sebenernya lebih menyenangkan. Tapi lari sendiri pun bisa jadi sangat menyenangkan asal kita menikmatinya.